Anggur Beresidu, Petani Anggur Indonesia Angkat Bicara
Jagadtani - Berita viral tentang negara Thailand yang melalui Thai Pesticide Alert Network (Thai-PAN) yang menemukan residu pestisida di atas batas aman pada anggur shine muscat di Thailand, tentu memberikan dampak besar bagi seluruh pihak terkait.
Dalam temuan residu pada buah anggur Shine Muscat, paling tidak terdapat 50 residu dengan diantaranya mengandung 22 kimia, sseperti triasulfuron, cyflumetofen, tetraconazole, dan fludioxonil. 22 residu kimia tersebut tidak masuk dalam tata hukum negara Thailand.
Menyikapi hal tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI berupaya mengambil langkah strategis dalam pengawasan peredaran buah anggur di Indonesia. Mengingat, buah anggur yang tersedia don't pasar Indonesia didominasi dari hasil impor.
Tentunya kondisi tersebut dapat mempengaruhi dari produksi petani lokal yang sedang berupaya memenuhi kebutuhan buah anggur di pasar Indonesia.
Bicara tentang penggunaan pupuk hingga pestisida, sebenarnya di Indonesia banyak petani memilih pupuk organik dalam menjaga pertumbuhan tanaman anggur mereka. Walau juga terkadang diimbangi pemberian pupuk kimia yang telah melalui penelitian.
Tentunya dapat dikatakan anggur lokal masih tahap aman karena penggunaan pupuk organik. Berbeda dengan. Di Thailand yang diperkirakan penggunaan pestisida pada masa tanam sehingga menyisakan residu kimia berbahaya.
Untuk mengetahui tentang penggunaan pestisida berbahaya, tim Jagadtani menghubungi para petani anggur di Indonesia, salah satunya Muanam.
Menurut Muanam, petani anggur lokal masih banyak yang lebih memilih menggunakan pupuk organik dalam menjaga dan sekaligus meningkatkan produktivitas tanaman anggur.
Namun bagi Muanam, hal yang paling menjadi pertanyaan adalah daya tahan buah anggur impor. Saat melakukan pengiriman hingga tersebar ke pasar memang membutuhkan waktu sehingga menjadi pertanyaan besar.
"Bisa jadi penggunaan pestisida masih dalam tahap wajar, tetapi residu kimia menjadi berlebihan ketika digunakan untuk memperpanjang masa pengiriman hingga penyebaran ke pasar. Jadi saya sebenarnya cukup mempertanyakan kenapa usia masa simpa anggur impor cukup lama." Ungkap Muanam.
Untuk memastikan anggur yang beredar di Indonesia, BPOM Republik Indonesia telah berupaya meneliti buan anggur yang tersedia di pasar dalam negeri karena kandungan residu kimia berlebihan dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Sebagai contoh, anggur Shine Muscat di Thailand mengandung klorpirifos. Kandungan bahan tersebut dapat menimbulkan gangguan perkembangan saraf, masalah pernapasan, serta gangguan pada sistem imun.
Menyikapi keadaan tersebut, Muanam berharap pemerintah dapat segera mendapatkan hasil dari identifikasi di lapangan agar anggur lokal tidak terkena imbasnya.