• 3 December 2024

Kementan Siapkan Peternakan yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

uploads/news/2024/11/peternakan-yang-ramah-lingkungan-227871b4baa6e74.jpeg

Jagadtani - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bersama Food and Agriculture Organization (FAO) memperkuat komitmen bersama dalam mewujudkan sistem peternakan berkelanjutan di Indonesia. Sistem ini diharapkan tidak hanya menjaga ketahanan pangan, tetapi juga melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Dalam acara bertajuk Loka Karya Validasi Proyek GEF-8, yang diadakan di Jakarta (30/10), Sekretaris Ditjen PKH, Makmun, menjelaskan bahwa program Global Environment Facility ke-8 (GEF-8) adalah salah satu langkah konkret untuk mendukung program nasional berkelanjutan di subsektor peternakan. Proyek ini membawa harapan baru bagi transformasi sistem peternakan di Indonesia, selaras dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

“GEF-8 akan menjadi model perubahan bagi peternakan berkelanjutan di Indonesia, yang tidak hanya mendukung swasembada pangan tetapi juga memastikan produk ternak yang aman dan bergizi untuk masyarakat,” ungkap Makmun.

Rina Suprihati, mewakili Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Kementan menambahkan bahwa Project Sustainable Livestock dirancang sebagai bagian dari transformasi sistem peternakan guna mendukung sistem pangan berkelanjutan, terutama untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. “Penyusunan dokumen proyek ini telah dikoordinasikan oleh FAO, dan ditargetkan selesai pada akhir November 2024. Pembahasan lebih lanjut akan dilakukan pada Desember 2024, sementara implementasi proyek dijadwalkan pada tahun 2025,” jelas Rina.

Dalam Loka Karya ini, para pemangku kepentingan berdiskusi tentang upaya mewujudkan sistem peternakan yang ramah lingkungan melalui ekonomi sirkular dan peternakan rendah emisi. Proyek ini diharapkan menjadi acuan global bagi pembangunan peternakan berkelanjutan dan melibatkan kerja sama lintas sektor dari hulu ke hilir—mulai dari produksi daging, susu, hingga telur.

Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, menambahkan bahwa sinergi antara pemerintah dan FAO, serta lembaga internasional lainnya, akan mendukung peningkatan kapasitas peternak, akses ke pembiayaan, dan pembangunan infrastruktur peternakan yang modern.

“Dengan adanya dukungan dari mitra internasional, kami berharap pelaksanaan program ini dapat berjalan optimal dan memberikan dampak positif bagi ketahanan pangan serta pembangunan ekonomi pedesaan di Indonesia,” ungkap Rajendra.

Melalui program GEF-8, diharapkan peternakan yang rendah emisi dan berkelanjutan akan diterapkan sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan prioritas nasional Ditjen PKH dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis dan mewujudkan swasembada pangan nasional.

Related News