• 23 November 2024

Rumput Resam, Musuh jadi Teman

uploads/news/2019/10/rumput-resam-ketika-musuh-390508b08944b51.jpg

Dahulu, resam selalu dianggap musuh petani karena merusak tumbuhan, kini semuanya berubah.

SUMATERA SELATAN - “Kalau selama ini dianggap sebagai musuh petani karena merusak tumbuhan yang ditanam, sekarang malah resam jadi sumber pendapatan baru bagi petan,” ujar Saprin, seorang petani sekaligus pengrajin tumbuhan resam, Desa Bumi Ayu, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan.

Ya, selama ini tumbuhan liar bernama rumput resam atau istilah lainnya disebut pakis selalu dianggap tak berguna karena tumbuh liar atau menumpang hidup dengan tumbuhan lain (parasit) di perkebunan warga. Kini batang resam menjadi tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis, oleh warga setempat tumbuhan yang awalnya tidak berguna ini menjadi sebuah sedotan untuk minum.

Menurut Saprin, warga mulai memanfaatkan tumbuhan resam setelah adanya pelatihan dari pemerintah, lambat laun banyak petani yang ingin mencari sumber pendapatan lainnya membuat kerajinan dari bahan baku rumput resam.

"Awalnya berpikir, pemerintah menyebut kurangi sampah plastik, nah kebetulan saya juga berjualan jajanan minuman yang memakai sedotan, terpikirlah membuat sedotan dari rumput resam ini," jelas Saprin yang juga sebagai Kepala Desa setempat.

Saprin menerangkan, ternyata warga Desa Bumi Ayu hampir seluruhnya memiliki keahlian dalam membuat kerajinan, hal itu seketika terlintas, kenapa tidak tumbuhan resam ini dijadikan sebagai barang yang menguntungkan. Untuk membuat kerajinan seperti sedotan, seluruhnya memakai batang Resam cukup melimpah, lantaran rumput resam dianggap sebagai gulma oleh petani karet yang pertumbuhannya cukup cepat secara liar di perkebunan warga.

"Ya bisa menambah penghasilan warga juga sebagai dukungan kami terhadap gerakan ramah lingkungan dalam penggunaan bahan plastik," ungkapnya.

Namun, diakui Saprin masih ada kesulitan untuk menjual sedotan dari bahan resam ini, sebab sedotan dari bahan resam masih dijual di kalangan sendiri atau di wilayah PALI, dan kabupaten terdekat seperti Muaraenim dan Prabumulih.

"Pemasaran belum luas, kita terkendala peralatan dan contoh kemasan seperti apa, agar produksi dan tampilan sedotan resam ini bisa bersaing, kita juga bekerja sama dengan TPP PKK Pali," jelasnya.

Untuk ke depannya, pihaknya mencoba menjual secara online dan meminta petunjuk dari pemerintah terkait produksi serta kualitasnya. "Produk sedotan resam sudah mulai dipamerkan, salah satunya pernah dipamerkan pada Pekan Kebudayaan Nasional di Jakarta," pungkasnya. (SM) (Source photo: pixabay.com)

Related News