• 4 December 2024

BRIN Ungkap 21 dari 27 Jenis Durian Dari Indonesia

uploads/news/2024/11/brin-ungkap-21-dari-75869e84c70e231.jpg

Jagadtani - Jika pada artikel sebelumnya mengenai usaha peneliti BRIN berupaya melakukan pemuliaan pada durian lokal asli Indonesia. Sebenarnya, Indonesia memiliki 21 dari 27 spesies durian yang dikenal di dunia, dan sampai 2024 kurang lebih 114 varietas terdaftar untuk varietas unggul baru. 

Pemuliam tanaman tidak terlepas dari sumber daya genetik, sebagai sumber gen dalam program pemuliaan tanaman untuk merakit varietas unggul baru.

“Jenis durian yang liar dan belum teridentifikasi masih tidak terhingga, ditambah lagi dengan karakteristiknya yang mempunyai penyerbukan terbuka menambah variabilitas genetik di alam,” ungkap Ni Luh Putu Indriyani Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Hortikultura Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam acara webinar HortiActive#13 dengan tema “Pemuliaan Durian Berbasis Sumber Daya Genetik (SDG) Lokal dan Trend Pasar Durian di Indonesia” pada Selasa (26/11).

Menurut Indriyani, penelitian mengenai Sumber Daya Genetik (SDG) durian yang telah dilakukan meliputi karakterisasi dan evaluasi, eksplorasi durian-durian unggul daerah, persilangan antar tetua terpilih. Kemudian evaluasi performa pertumbuhan dan kualitas buah dari hasil persilangan, serta pengelolaan database karakter durian melalui situs web yang tersedia.

“Lokasi pertanaman durian yang ada di Kebun Percobaan Subang pada 2010 ada 550 tanaman dengan jumlah aksesi 79. Pada 2016, jumlah tanaman terakhir adalah 768 tanaman dan 84 aksesi, sementara di KP. Aripan terdapat 228 tanaman dengan 36 aksesi, dan 2019 ada 467 tanaman dengan 89 aksesi,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, varietas unggul baru durian memiliki karakter ideal untuk menunjang produktivitas tinggi durian yang diinginkan. Untuk konsumen Indonesia, karakter yang diinginkan yaitu berukuran sedang seberat 1,6-2,5 kg, daging buah berwarna kuning, manis legit, pulen, tebal, dan berbiji kecil. Sedangkan pedagang menginginkan durian tahan simpan dan tidak mudah pecah, namun pekebun menginginkan varietas durian produktif tahan penyakit dan genjah.

“Varietas unggul baru dapat diperoleh melalui seleksi indigenous atau asli dan sifatnya adalah persarian terbuka, sehingga selalu terjadi penyerbukan silang. Biji dari hasil penyerbukan silang yang terjadi saat secara alami merupakan bahan seleksi untuk menghasilkan kualitas unggul baru. Kemudian dilakukan juga persilakan buatan antar varietas atau antar spesies,” urainya.

Program pemuliaan durian di Indonesia, menurutnya, dilakukan mulai 2010 dengan lokasi di KP. Subang dan KP. Aripan. Tetua yang digunakan adalah Matahari, Kani, Otong, Sitokong, dan lain-lain.

“Karena tanaman durian termasuk tanaman tahunan yang membutuhkan waktu lama untuk mengetahui hasil persilangan, maka kegiatan marka molekuler menjadi sangat penting dalam mempercepat proses pemuliaan,” terangnya.

Analisis Lokus dan Keragaman Sumberdaya Genetik Durian (Durio sp) berdasarkan Marka Mikroosatelit, dari 10 locus Mikroosatelit diketahui memiliki polimorfisme dan tingkat informatifitas beragam dari tingkat rendah sampai tinggi.

“Lokus DzMTa005 dan DzMTa006 berpotensi sebagai penanda molekuler yang informatif utk mengetahui keragaman populasi durian. Distribusi alel cukup merata di antara 94 SDG durian yang digunakan secara inter-populasi variasi genetik cukup tinggi, dan membuktikan bahwa Kalimantan sebagai pusat asal menyebar pada wilayah lainnya,” ujarnya.

Durian, terang Indriyani, adalah tanaman tahunan yang membutuhkan waktu lama untuk mengetahui hasil persilangan. Oleh karena itu, diperlukan dukungan marka molekuler untuk mempercepat dan mendukung program pemuliaan konvensional.

“Ada beberapa tantangan yang dihadapi, antara lain hama dan penyakit Pythium yang menyebabkan tanaman tiba-tiba meranggas dan mati. Penggerek batang berupa serangga yang membuat batang berlubang, yang akhirnya melemahkan dan membunuh tanaman. Masalah pengairan dengan kerusakan pompa air, yaitu pada saat pompa air rusak, maka pengairan terganggu,” jelasnya.

Tantangan berikutnya, lanjut Indriyani, adalah musim kering ketika sumber air mengering, tanaman mengalami kekurangan air, yang berdampak signifikan pada pertumbuhannya. Keamanan tanaman terjadinya kerusakan pada tanaman muda, misalnya ujung tanaman muda sering dirusak atau dipotong, dan menyebabkan patah, serta pencurian buah saat panen.

“Pendanaan yang terbatas juga menjadi tantangan karena durian sempat tidak masuk dalam daftar komoditas prioritas, sehingga pendanaannya sangat minim. Hal ini berdampak langsung pada pemeliharaan tanaman di lapangan, karena fokus pendanaan lebih diarahkan pada komoditas prioritas lainnya, sehingga pemeliharaan durian menjadi kurang optimal. Pendanaan yang terbatas ini tentu saja berimbas pada kualitas pemeliharaan tanaman di lapangan,” pungkas Indriyani.

Related News