• 15 October 2024

Anjing Liar Disebut Penyebar Covid-19

uploads/news/2020/04/anjing-liar-disebut-penyebar-52620113cbcdebc.jpg

“Ini konsisten dengan interpretasi bahwa CpG rendah di SARS-CoV-2 diperoleh dari leluhurnya yang berkembang dalam sistem pencernaan mamalia.”

JAKARTA - Sumber penularan virus corona atau Covid-19 hingga kini masih menjadi perdebatan, banyak peneliti yang menduga virus tersebut berasal dari kelelawar. Namun, studi baru mengatakan, Covid-19 kemungkinan bisa tertular dari anjing liar.

Menurut peneliti, virus yang bernama SARS-CoV-2 ini kemungkinan telah bermutasi di usus anjing, sebelum akhirnya menular ke manusia dan menginfeksi lebih dari 2.000.000 orang di dunia. Studi awal menunjukkan, Covid-19 memang berasal dari kelelawar, namun para ilmuwan menemukan hewan lain yang memindahkan virus dari kelelawar ke manusia.

Baca juga: Urgensi Zoonosis Perdagangan Satwa Liar

Para ilmuwan mengatakan, sangat penting untuk memahami virus tersebut bekerja. Hal tersebut disebabkan, hingga kini mereka terus meramu vaksin dan perawatan yang tepat untuk menghentikan penyebaran virus.

Sebelumnya, penelitian juga menyebut adanya kemungkinan penularan dari trenggiling dan ular. Namun, saat ini salah satu tim peneliti di Kanada telah mengungkapkan skenario lain.

Pada skenario itu dikatakan, ‘virus corona pertama kali menyebar dari kelelawar ke anjing liar setelah memakan dagingnya’, sebelum akhirnya melompat ke manusia pada akhir tahun lalu. Peneliti utama sekaligus ahli biologi dari Universitas Ottawa, Profesor Xuhua Xia mengatakan, asal-usul spesifik SARS-CoV-2 merupakan sangat penting dalam krisis kesehatan dunia saat ini.

Namun, para ahli lainnya masih mempertanyakan teori baru tersebut. Menurut Kepala Kedokteran Hewan dari University of Cambridge, Prof. James Wood mengatakan, pemilik anjing tidak perlu khawatir atas temuan baru tersebut.

“Saya tidak melihat apa pun dalam makalah ini untuk mendukung anggapan ini dan saya khawatir makalahnya telah diterbitkan dalam jurnal ini,” katanya kepada The Sun mengutip dari Pikiran Rakyat belum lama ini.

Prof. Wood juga mengkritik penelitian ini dikarenakan banyak mengandalkan referensi dan terlalu sedikit data yang ditampilkan. Sementara itu, menurut Prof. Xia, hipotesis barunya itu menunjukkan jika leluhur terdekat SARS-CoV-2 yang disebabkan oleh virus kelelawar telah menginfeksi usus anjing.

“Ini kemungkinan besar menghasilkan evolusi virus yang cepat dan lompatannya ke manusia. Hal Ini menunjukkan pentingnya pemantauan coronavirus seperti-Sars pada anjing liar dalam perang melawan COVID-19,” katanya.

Meski begitu, Prof. Xia mengatakan, manusia dan mamalia seperti anjing dapat melawan infeksi dengan senyawa proteinantivirus. Senyawa inilah yang bisa menghentikan adanya replikasi atau penggandaan virus.

Pada saat yang bersamaan, wilayah DNA bernama dinukleotida CpG memerintahkan sistem kekebalan tubuh untuk menyerang virus. Namun, Covid-19 memiliki strain tunggal yang dapat menghindar dari pertahanan tubuh dengan mengurangi konsentrasi CpG.

Dalam penelitiannya, Prof. Xia menganalisis genom betacoronavirus, salah satu genus Covid-19. Diketahui, genus ini memiliki empat garis keturunan atau subgenus, anggotanya termasuk MERS-CoV, SARS-CoV, dan SARS-CoV-2.

Hasil analisis genom mengungkapkan, SARS-CoV-2 dan kerabat terdekatnya, salah satu jenis Covid-19 dari kelelawar, yang ternyata memiliki jumlah CpG terendah diantara anggota genus betacoronavirus lainnya. Hanya genom dari canine coronavirus (CCoV) yang menginfeksi anjing yang memiliki nilai CpG serupa.

Baca juga: Tikus Berkeliaran saat Pandemi Covid-19

Studi yang terbit di jurnal Molecular Biology and Evolution itu pun memaparkan, reseptor seluler untuk SARS-CoV-2 secara luas diekspresikan dalam sistem pencernaan manusia.

“Ini konsisten dengan interpretasi bahwa CpG rendah di SARS-CoV-2 diperoleh dari leluhurnya yang berkembang dalam sistem pencernaan mamalia. Interpretasi ini semakin dikuatkan oleh laporan baru-baru ini bahwa sebagian besar pasien Covid-19 juga menderita gangguan pencernaan. Faktanya, 48,5% (pasien) ditampilkan dengan gejala pencernaan sebagai keluhan utama mereka,” ujarnya seperti melansir Sky News dari Detik.

Related News