• 1 April 2025

Minyak Sawit, Bebas Kolestrol Aman Bagi Tubuh?

uploads/news/2025/02/minyak-sawit-bebas-kolestrol-99869fb72f1e57c.jpg

Jagadtani - Asumsi buruk tentang konsumsi minyak sawit dapat menimbulkan kolesterol dan berbahaya bagi tumbuh manusia, tetapi hal tersebut hanya mitos dan tidak ada fakta obyektif 

Dilansir dari laman bpdp.or.id, secara kandungan dan nilai gizi dari minyak sawit ini memang seringkali dijadikan sebagai salah satu atribut kampanye negatif dalam persaingan bisnis minyak sawit global oleh pihak antisawit.

Berdasarkan survei literatur yang dilakukan oleh PASPI (2017) dalam laporan berjudul Minyak Sawit Perbaiki Kolesterol dan Gula Darah? diketahui bahwa persepsi yang demikian berawal dari kampanye negatif yang dilakukan oleh American Soybean Association (ASA) pada tahun 1980.

Untuk memojokkan minyak nabati tropis khususnya minyak sawit yang mulai mengancam pasar minyak kedelai di seluruh dunia, ASA melancarkan propaganda yang menuduh minyak sawit mengandung kolesterol dan bahkan meminta pemerintah Amerika Serikat untuk melarang minyak nabati tropis masuk ke AS. Namun tuduhan tersebut tidak pernah terbukti oleh riset-riset ahli gizi dan kesehatan di berbagai negara. 

Minyak Sawit Tidak Mengandung Kolesterol
Kolesterol merupakan suatu lemak yang sebetulnya sangat penting untuk kesehatan tubuh, namun jika kadarnya terlalu tinggi dan tidak seimbang maka menjadikan hal tersebut tidak sehat. Terdapat tiga fraksi lemak yang menentukan sehat atau tidaknya kadar kolesterol dalam tubuh, yakni kolesterol jahat atau LDL (low density lipoprotein), kolesterol baik atau HDL (high density lipoprotein), dan asam lemak (trigliserida).

Umumnya, LDL dan trigliserida yang tinggi dapat berbahaya bagi kesehatan. Sebaliknya, HDL yang meningkat justru diinginkan dan baik untuk kesehatan (Muhilal, 1998; Hariyadi, 2010; Giriwono dan Andarwulan, 2016) berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh PASPI pada tahun 2017. 

Lantas, bagaimana dengan konsumsi minyak goreng sawit apakah menyebabkan peningkatan kolesterol tubuh? Sejauh ini tak satupun ahli gizi di dunia yang pernah mengatakan bahwa minyak goreng dari nabati seperti minyak goreng sawit mengandung kolesterol.

Kolesterol hanya dihasilkan oleh hewan dan manusia, sedangkan tanaman tidak memiliki kemampuan menghasilkan kolesterol (Calloway and Kurtz, 1956; USDA, 1979; Life Science Research Office, 1985; Cottrell, 1991; Muhchtadi, 1998; Muhilal, 1998; Haryadi, 2010; Giriwono dan Andarwulan 2016) yang dirangkum dalam survei literatur yang dilakukan oleh PASPI.

PASPI dalam studi yang sama juga menemukan bahwa sudah banyak pembuktian atas mitos minyak sawit oleh para ahli gizi dan kesehatan. Ratusan hasil penelitian di dalam dan di luar negeri yang telah dipublikasikan dalam jurnal-jurnal internasional seperti American Journal of Clinic Nutrition dan Journal Nutrition Biochemistry telah menguji apakah konsumsi minyak goreng sawit meningkatkan kolesterol dalam tubuh.

Hasil penelitian di Indonesia, Mien, dkk (1989) yang dimuat dalam Jurnal Gizi Indonesia yang berjudul Sifat Hipokholesteremik Minyak Sawit, Minyak Kedele, dan Tempe telah membuktikan hal yang menarik. Konsumsi minyak sawit ternyata menurunkan LDL sebesar 21 persen dan menurunkan trigliserida 14 persen serta menaikkan HDL sebanyak 24 persen. Artinya, mengonsumsi minyak sawit justru menurunkan kolesterol jahat dan sekaligus meningkatkan kolesterol baik sehingga bagus bagi kesehatan tubuh.

Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit Mirip ASI
Minyak sawit mengandung proporsi asam lemak jenuh (saturated fatty acid) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid) yang seimbang. Komposisi asam lemak minyak sawit terdiri atas asam lemak jenuh (sebanyak 44 persen asam lemak palmitic, 5 persen asam lemak stearic); asam lemak tak jenuh ikatan rangkap tunggal/monounsaturated fatty acid (sebanyak 40 persen asam lemak oleic); dan asam lemak tak jenuh ikatan rangkap jamak/poly unsaturated fatty acid (sebanyak 10 persen asam lemak linoleic dan 0,4 persen asam lemak alpha linolenic).

Secara keseluruhan minyak sawit sesungguhnya memiliki karakteristik perilaku seperti monounsaturated oils (United States Department of Agriculture, 1979; Cottrell, 1991; Small, 1991; Choudhury et al., 1995; Kritchevsky et al., 2000; Ong and Goh, 2002; FAO, 2010; Haryadi, 2010; Giriwono dan Andarwulan, 2016) yang dirangkum dalam survei literatur yang dilakukan oleh PASPI pada 2017.

Dari segi ilmu gizi, tiga asam lemak yang esensial (harus tersedia dalam tubuh) adalah oleat (C18:1), linoleat (C18:2), dan linolenat (C18:3). Terkait hal ini, Muhilal (1991) dalam prosiding seminar berjudul Minyak Sawit, Suatu Produk Nabati untuk Penanggulangan Atherosclerosis & Penundaan Proses Penuaan menemukan bahwa komposisi asam lemak minyak sawit mengandung asam lemak esensial yang cukup dan seimbang.

Jika Air Susu Ibu (ASI) sebagai pembanding nilai biologis yang terbaik, ternyata komposisi asam lemak esensial antara minyak sawit dengan ASI sangat mirip. Minyak sawit mengandung asam lemak esensial oleat sebesar 36,3 persen, sementara ASI juga mengandung asam lemak esensial oleat sebesar 36,5 persen.

Asam lemak esensial linoleat minyak sawit sebesar 8,3 persen, dan sedikit lebih rendah dari kandungan asam lemak esensial linoleat ASI yang sebesar 9,5 persen. Demikian juga asam lemak linolenat minyak sawit sebesar 0,5 persen dan kandungan asam lemak linolenat ASI sebesar 1,4 persen.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Marangoni et.al (2000) berjudul Polyunsaturated Fatty Acid Concentrations in Human Milk Hindmilk are Stable Throughout 12-Months of Lactation and Provide a Sustained Intake to the Infant during Exclusive Breastfeeding: and Italian Study mengungkapkan bahwa dalam ASI mengandung 25 persen asam lemak palmitic yang sangat diperlukan dalam perkembangan bayi.

Dengan demikian sangat jelas bahwa minyak sawit mengandung asam lemak esensial yang cukup dan seimbang bahkan mirip dengan komposisi asam lemak esensial ASI. 

Related News