“Beberapa sumber pustaka lain juga mengungkap fenomena kemunculan cacing tanah menjelang gempa seperti kajian Chen dkk. (2000), Rikitake (1979), Whitehead dan Ulusoy (2013), dan Liso dan Fidani (2014).”
JAKARTA - Ratusan cacing tanah tiba-tiba muncul di kawasan Pasar Gede di Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (18/4) lalu. Sontak kejadian tersebut membuat warga sekitar yang berada di kawasan tersebut dibuat kaget.
Kemunculannya terbilang aneh, karena selain jumlahnya yang banyak, cacing tanah itu juga menyebar hingga ke jalur pejalan kaki di Jalan Urip Sumoharjo. Padahal setiap sore, petugas selalu membersihkan kawasan Pasar Gede. Namun, saat Sabtu pagi sudah muncul ratusan cacing tanah.
“Itu ada ratusan mungkin. Kalau dijadikan satu bisa satu ember. Langsung saya sapu sampai bersih, soalnya kan di sini buat jualan,” kata Marsono, pedagang bakso di sekitar lokasi kepada Detikcom belum lama ini.
Baca juga: Kemunculan Hiu Paus saat Pandemi
Dirinya menduga, cacing tanah muncul dari taman yang ada di sekitar lokasi. Sebab, saat ia membersihkan taman, masih muncul beberapa cacing dari dalam tanah.
“Taman juga saya sapu, tapi muncul lagi satu-dua cacing. Di sini kan tempat makan, jangan sampai pelanggan melihat seperti itu,” tuturnya.
Kejadian itu pun viral di media sosial. Sejumlah masyarakat juga melaporkan peristiwa di sejumlah titik, seperti di Kelurahan Jagalan.
Riri Anwari, salah satu warga Kelurahan Jagalan juga mengatakan, peristiwa kemunculan cacing berlangsung pukul 05.30 WIB. Cacing yang sempat muncul banyak dan kini sudah masuk kembali ke tanah.
“Pas saya menyapu, lihat ada banyak ada cacing, mungkin puluhan. Sebagian saya sapu, sebagian mati, lainnya masuk ke tanah,” ujarnya.
Selain di Pasar Gede, munculnya cacing tanah juga terjadi di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Ribuan ekor cacing keluar dari sarangnya sejak beberapa hari terakhir.
“Jumlahnya ribuan dan tidak hanya di satu lokasi. Ukurannya ada yang besar dan kecil,” kata Wingsang Tranggono, Kepala Desa Socakangsi, Kecamatan Jatinom, belum lama ini.
Menurut Wingsang, cacing tersebut keluar dari pekarangan rumah warganya sejak Sabtu (18/4) pagi. Kemudian, cacing-cacing itu bergerak ke arah jalan raya. Sejauh ini, tambahnya, fenomena itu tidak membuat panik warga dan menanggapinya hal biasa.
“Jumlahnya banyak dan seperti berbaris di jalan aspal. Warga biasa saja. Mungkin karena beberapa hari terakhir sangat panas udaranya, kemudian ada hujan,” katanya.
Fenomena munculnya cacing dalam jumlah banyak ini, katanya, baru pertama kali terjadi di wilayahnya.
“Cacing keluar di pagi hari itu biasa. Cuma ini jumlahnya banyak, yang membuat heran dan ada di desa lain,” jelasnya.
Sementara itu, Harjono, warga Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom, menceritakan hal serupa. Ribuan cacing tiba-tiba muncul di daerahnya Sabtu (18/4) kemarin.
“Itu kemarin pagi dan setelah kena sinar matahari sudah hilang. Sekarang sudah tidak ada,” katanya.
Di media sosial, kemunculan cacing tanah juga terjadi di beberapa wilayah. Di Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen, yang kontur tanahnya lebih rendah dari Kecamatan Jatinom juga dikabarkan muncul.
Sementara akun bernama Dessy Eka Sari menuliskan, lokasi cacing muncul di Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen. Sang pemilik akun juga menyertakan video yang memperlihatkan cacing berkeliaran di jalan.
Pertanda Gempa?
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono pun memberi penjelasan terkait kemunculan ratusan cacing tanah di Jawa Tengah. Menurutnya, isu kemunculan cacing yang dikaitkan dengan akan terjadinya gempa bukan tak mendasar.
Beberapa peristiwa gempa yang merusak di seluruh dunia, diantaranya memang diawali adanya gejala alamiah berupa kemunculan cacing tanah secara massal. Seperti di Taiwan, kemunculan cacing tanah dilaporkan pada 10 hari menjelang terjadinya gempa Chi Chi 1999.
Kemudian pada gempa Haicheng, Cina 1979, beberapa hari sebelumnya juga dilaporkan adanya kemunculan cacing tanah yang sangat banyak ke permukaan tanah.
“Beberapa sumber pustaka lain juga mengungkap fenomena kemunculan cacing tanah menjelang gempa seperti kajian Chen dkk. (2000), Rikitake (1979), Whitehead dan Ulusoy (2013), dan Liso dan Fidani (2014),” jelas Daryono, seperti mengutip Kumparan, Minggu (19/4) lalu.
Selain itu, kemunculan cacing tanah di permukaan menjelang gempa juga terkait anomali gelombang elektromagnetik frekuensi rendah. Munculnya anomali ini dilaporkan terjadi beberapa hari sebelum gempa bumi.
Dalam penelitian yang mengkaji hubungan antara aktivitas cacing tanah dan kelistrikan, Ikeya dkk. (1996) menempatkan beberapa elektroda yang dialiri arus listrik pada permukaan tanah yang banyak terdapat cacing tanah.
Ternyata cacing tanah merespon anomali kelistrikan ini dengan keluar dari dalam tanah secara hampir bersamaan. Meski begitu, masyarakat dihimbau tidak perlu khawatir.
Berdasarkan laporan, kemunculan cacing yang terjadi di berbagai tempat di dunia menjelang gempa besar, ternyata selalu didukung data perilaku gejala alamiah tak lazim lainnya, seperti kemunculan ular di berbagai tempat, anjing yang terus menggonggong bersahutan, dan ikan yang melompat-lompat di kolam.
“Selain perilaku aneh binatang menjelang gempa, para ilmuwan juga menandai adanya anomali prekursor gempa. Prekursor gempa adalah sebuah anomali kondisi lingkungan fisis yang menjadi petunjuk akan terjadinya gempa,” ujarnya.
Prekursor sendiri dapat berupa anomali permukaan tanah, elevasi muka air tanah, dan emisi radon yang terjadi berbarengan. Radon merupakan unsur radioaktif, gas radon dipercaya akan keluar ketika batuan akan melepas stresnya. Sehingga radon menjadi parameter penting dalam prekursor gempa bumi.
“Sehingga dalam hal ini, munculnya cacing di beberapa tempat di Solo Jawa Tengah akhir-akhir ini tampaknya belum dapat dikatakan sebagai petunjuk akan terjadi gempa. Fenomena cacing di daerah tersebut berdiri sendiri, tidak didukung bukti-bukti alamiah lain beserta data anomali prekursor-nya,” ungkapnya.
Karena itu, jika tidak ada data dukung penguat lainnya, maka munculnya cacing secara massal ke permukaan diduga diakibatkan perubahan kondisi cuaca, iklim, dan lingkungan yang mendadak, termasuk kemungkinan terpapar bahan kimia seperti disinfektan dan lainnya.
“Namun demikian karena wilayah kita memang rawan gempa sebaiknya kita selalu waspada, mengingat peristiwa gempa kuat dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan belum dapat diprediksi,” pungkasnya.
Sementara itu, menurut peneliti bidang zoologi dari Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hari Nugroho mengatakan, hewan memiliki kepekaan tinggi terhadap gejala alam.
“Namun dalam hal ini saya kira, bisa jadi karena perubahan cuaca. Apalagi saat ini kita sedang menuju perubahan musim, dari penghujan ke kemarau,” katanya kepada Kompascom belum lama ini.
Dalam perubahan musim, biasanya hewan akan melakukan migrasi. Sebabnya, kemungkinan habitat mereka saat ini sudah tidak lagi sesuai.
“Itu sama seperti seolah cacing-cacing hilang saat musim kemarau, lalu saat hujan mereka bermunculan di mana-mana dan yang perlu diketahui, bagaimana kondisi cuaca di Solo saat ini,” imbuhnya.
Cacing yang muncul di Pasar Gede Kota Solo dalam jumlah banyak, menurut Hari, bisa saja terjadi karena faktor lingkungan. Sebab, seperti lingkungan pasar pada umumnya yang lembab, becek atau kondisi tanah yang berair secara umum, sangat cocok sebagai tempat hidup cacing.
Baca juga: Oarfish, Ikan Penanda Gempa?
Hari juga menjelaskan, tidak semua jenis cacing tanah sama. Pasalnya, cacing tanah di daerah pertanian, perkebunan, maupun hutan, dapat berbeda dengan yang ada di lingkungan urban dan pemukiman. Ia pun memperkirakan cacing yang muncul di Pasar Gede merupakan cacing yang biasanya berada di kawasan urban atau permukiman.
“Prediksi saya itu mungkin cacing invasif yang sangat mudah beradaptasi. Baik di Indonesia maupun negara mana pun, ada beberapa jenis cacing tanah yang invasif,” tutupnya.