“Kegiatan rehabilitasi dengan metode pemberdayaan masyarakat sekitar seperti ini diharapkan meningkatkan pendapatan kelompok tani dan masyarakat sekitar baik dari upah maupun penyediaan bahan-bahan dan bibit.”
JAKARTA - Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) lewat Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung BPDASHL Way Seputih Way Sekampung (BPDASHL WSS) dan Balai Taman Nasional Way Kambas (BTNWK), gencar merehabilitasi hutan mangrove di zona penyangga Kawasan Taman Taman Nasional Way Kambas.
Kawasan itu berada di Blok Kuala Penet, Desa Suko Rahayu, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Baca juga: Merawat Pantai Pamo dengan Mangrove
Rehabilitasi hutan mangrove dilakukan dengan metode pemberdayaan kelompok tani hutan dan masyarakat sekitar kawasan hutan.
Kegiatan yang telah berlangsung sejak 2017 ini diharapkan mampu memulihkan kawasan hutan mangrove di kawasan zona penyangga kawasan TNWK.
Selain itu juga dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan, terlebih pada saat terjadinya dampak pandemi Covid-19 saat ini.
"Kegiatan rehabilitasi dengan metode pemberdayaan masyarakat sekitar seperti ini diharapkan meningkatkan pendapatan kelompok tani dan masyarakat sekitar baik dari upah maupun penyediaan bahan-bahan dan bibit,” kata Kepala BPDASHL WSS, Idi Bantara, belum lama ini.
“Karena seluruh bahan seperti bibit dan tenaga kerja (padat karya) memberdayakan dan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar lokasi, dan ini merupakan bagian dari upaya penanganan permasalahan sosial ekonomi dampak pandemi covid-19," tambahnya.
Melalui kegiatan rehabilitasi hutan mangrove pada 2020 ini, berhasil ditanam sebanyak 90.750 batang mangrove (termasuk sulaman) pada areal seluas 25 hektare oleh masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Rahayu Mandiri.
"Kami sangat berterima kasih dilibatkan langsung dalam upaya rehabilitasi mangrove ini. Kami menjadi ikut aktif pada pemulihan lingkungan, di sisi lain keterampilan kami dalam pembuatan bibit tanaman meningkat sehingga kami semakin sejahtera berdaya secara ekonomi," jelas Ketua KTH Rahayu Mandiri.
BPDASHL WSS sendiri sejak 2017-2019 telah melakukan upaya rehabilitasi hutan seluas total 170 hektare.
Pada tahun ini, BPDASHL WSS bekerja sama dengan BTNWK untuk merehabilitasi mangrove seluas 25 hektare dengan pelibatan masyarakat dengan anggaran sekitar Rp319 juta.
Dengan upaya rehabilitasi ini, selain keberhasilan rehabilitasi seluas 25 hektare dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, diharapkan juga akan semakin terjaganya kawasan pantai yang sekaligus batas kawasan TNWK dari bahaya abrasi dan interusi air laut.
Baca juga: Budidaya Kepiting demi Kelestarian Mangrove
Selain itu, agar semakin meningkatnya kualitas ekosistem kawasan pesisir pantai, keanekaragaman hayati yang sekaligus berimbas meningkatnya hasil tangkapan ikan nelayan, serta juga terjaganya kawasan TNWK baik secara sosial maupun teknis.
"Ke depan kegiatan seperti ini diharapkan memiliki dampak yang semakin baik, kami dari dari pihak TNWK sangat mendukung kegiatan rehabilitasi hutan seperti yang digagas BPDASHL WSS," pungkas Kepala BTNWK, Subakir.