• 9 April 2025

Dedy Mulyadi, Modifikasi Cuaca Atasi Potensi Banjir

uploads/news/2025/03/dedy-mulyadi-modifikasi-cuaca-85519454c6f6440.png

Jagadtani - Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk wilayah Jawa Barat telah resmi dimulai oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) agar dapat mengurangi potensi bencana hidrometeorologi. Operasi ini bertujuan untuk mempercepat turunnya hujan pada awan yang bergerak dari laut menuju daratan serta mengendalikan curah hujan di daerah rawan banjir dan longsor.

Menurut Deputi Bidang Modifikasi Cuaca, Tri Handoko Seto, teknik yang digunakan dalam OMC ini adalah penyemaian awan dengan bahan tertentu. Pada tahap pertama, hujan dipercepat turunnya menggunakan Natrium Klorida (NaCl) yang disebarkan pada awan yang tumbuh di atas laut dan waduk.

Seto juga menegaskan operasi ini dilakukan agar hujan turun lebih awal di wilayah yang lebih aman dan mengurangi intensitas hujan yang jatuh di daratan. Misalnya, jika diprediksi terjadi hujan lebat di Cirebon, maka awan-awan yang terbentuk di laut akan disemai sehingga saat mencapai daratan, intensitas hujan berkurang menjadi sedang.

“Jadi yang kita lakukan untuk operasi ini adalah mengurangi curah hujan yang turun di wilayah daratan, khususnya yang berpotensi banjir, sehingga menjadi air yang bermanfaat buat kehidupan,” ujarnya.

Selain itu, jika terdapat awan berpotensi hujan lebat di daratan, seperti di Bandung, maka penyemaian dilakukan menggunakan Kalsium Oksida (CaO) untuk mengurangi intensitas hujan. Dengan metode ini, hujan yang tadinya diprediksi sangat lebat dapat dikendalikan menjadi hujan sedang atau ringan, sehingga tidak menyebabkan banjir atau longsor.

Operasi ini dimulai sejak tanggal 11 dan akan berlangsung hingga 20 Maret 2025, dengan Posko utama di Lanud Husein Sastranegara, Bandung. Sebelumnya, OMC hanya difokuskan di wilayah Jabodetabek, namun kali ini diperluas ke Jawa Barat mengingat prediksi BMKG yang menunjukkan curah hujan tinggi pada dasarian kedua bulan Maret, yakni 11-20 Maret 2025.

BMKG berkolaborasi dengan BNPB dan BPBD Provinsi Jawa Barat dalam pelaksanaan operasi ini. Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Gubernur Jawa Barat dan dihadiri oleh Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Komandan Lanud Husein Sastranegara Bandung, serta Kepala BPBD Provinsi Jawa Barat.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyatakan bahwa operasi ini merupakan bagian dari ikhtiar pemerintah dalam menanggulangi bencana agar tidak berkelanjutan. “Rangkaian ini kan bagian ikhtiar yang dilakukan oleh pemerintah provinsi agar bencana ini tidak berkelanjutan. Selanjutnya pada waktu puasa ini, kita harus melakukan taubat ekologi dalam bahasa saya. Taubat ekologi itu apa sih? Taubat pemerintah segera memperbaiki diri, memperbaiki tata ruang, memperbaiki pola hidup masyarakatnya untuk tidak lagi merusak sungai dan menyuduhkan sungai menjadi pembuangan rasa kebencian padahal itu dibutuhkan,” ungkapnya.

Secara teknis, setiap sorti pesawat dalam operasi ini membawa sekitar 800 kilogram bahan semai, dengan rata-rata tiga sorti per hari, efektivitas operasi ini bergantung pada umur dan fase awan. Awan yang sudah matang dapat menghasilkan hujan dalam waktu 10 menit setelah penyemaian, sedangkan awan dalam fase pertumbuhan membutuhkan sekitar satu jam.

BMKG berharap dengan adanya operasi ini, curah hujan di wilayah daratan dapat direduksi hingga 30-60 persen dari total prediksi curah hujan. Misalnya, jika diperkirakan hujan dengan intensitas 100 milimeter, maka setelah modifikasi cuaca dapat dikurangi menjadi 40-70 milimeter. Dengan demikian, diharapkan potensi bencana akibat hujan ekstrem dapat ditekan, sekaligus mengoptimalkan manfaat air bagi kehidupan sehari-hari.

Selain menghambat aktivitas masyrakat, banjir sangat berpotensi merusak lahan pertanian. Tentunya kerusakan lahan pertanian dapat menggagalkan masa panen yang sedang dinantikan untuk mendukung Swasembada Pangan.

Related News