Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo mendapat informasi mengenai khasiat daun sungkai.
JAKARTA - Nama daun sungkai tiba-tiba mencuat setelah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo menyatakan dalam rapat bersama para gubernur se-Indonesia dalam konferensi video pada Rabu (22/4) lalu.
Dalam konferensi video, Doni mengaku jika ia mendapat informasi memiliki khasiat yang bisa membunuh virus corona atau Covid-19.
Baca juga: Brokoli Tingkatkan Imunitas Lawan Covid-19
Karena itu, ia pun meminta tolong kepada Gubernur Jambi, Fachrori Umar, untuk meneliti manfaat daun sungkai.
“Tanaman ini menurut informasi banyak tumbuh di Provinsi Jambi. Apa hasilnya, tolong sampaikan ke kami secepatnya. Terima kasih Pak Gubernur,” kata Doni seperti mengutip Okezone belum lama ini.
Gayung bersambut, Fachrori pun langsung menginstruksikan Dinas Kehutanan berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda), dan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi untuk meneliti khasiat daun sungkai.
“Saya berharap agar hasil penelitian khasiat daun sungkai bisa diketahui dalam waktu yang tidak begitu lama.” kata Fachrori.
Sementara itu, Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Protokol Sekretariat Daerah sekaligus Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jambi, Johansyah menambahkan, jika daun sungkai terbukti bisa mengobati Covid-19, hasilnya akan segera dipublikasikan.
Adanya instruksi Kepala BNPB kepada Gubernur Jambi, membuat Bupati Merangin, Al Haris, juga memberikan respons.
Ia menyatakan telah berkoordinasi dengan Biro Humas Provinsi Jambi terkait sampel daun sungkai tersebut.
“Kita sudah mengirim daun sungkai ke Provinsi Jambi untuk diuji sampel, sebab yang bisa menguji tersebut adalah provinsi,” katanya belum lama ini.
Haris juga menyebut, ia sudah membaca di internet terkait manfaat daun sungkai untuk kesehatan dan ternyata memang banyak sekali kegunaannya.
“Jika memang daun sungkai bisa menyembuhkan orang dari virus corona (Covid-19), Pemerintah Kabupaten Merangin siap menyuplai dengan skala banyak. Intinya Pemerintah Kabupaten Merangin Siap untuk kesehatan masyarakat,” pungkasnya.
Fakta Daun Sungkai
Berdasarkan informasi, daun sungkai yang bernama latin Peronema canescens, banyak digunakan sebagai obat demam anak-anak dan sakit kepala, serta sakit gigi, asma, bahkan penyakit kulit seperti panu.
Melihat kebiasaan masyarakat Kalimantan yang sering menggunakan daun sungkai sebagai obat, para ilmuwan pun melakukan penelitian dan menemukan daun muda sungkai memiliki kandungan atau potensi (anti-piretik) obat yang sangat berkhasiat menurunkan suhu tubuh dan sakit kepala.
Melansir dari MHome Care, pohon sungkai sendiri biasa disebut warga lokal dengan berbagai nama seperti Jati Sabrang, Ki Sabrang, Kurus, dan Sekai.
Pohon ini juga termasuk ke dalam famili Verbenaceae.
Pohon sungkai sendiri dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 20-30 meter dengan cabang mencapai 10 meter.
Diameter batang sungkai sekitar 60 sentimeter dengan batang lurus dan berlekuk dangkal, tidak berbanir, serta ranting dipenuhi bulu-bulu halus.
Biasanya pohon sungkai akan berbuah sepanjang tahun.
Pada kulit luar tumbuhan sungkai berwarna kelabu atau sawo muda, beralur dangkal, dan mengelupas kecil dan tipis.
Pohon sungkai menghasilkan kayu teras yang berwarna kuning muda atau krem.
Kayu sungkai sendiri memiliki ciri-ciri bertekstur kasar, kesat, tidak merata dengan arah serat lurus, dan terkadang bergelombang.
Sama seperti jenis-jenis kayu dari pohon keras lainnya, kayu sungkai seringkali dimanfaatkan untuk rangka atap bangunan karena sifatnya yang ringan dan kuat.
Baca juga: Minyak Kelapa Tingkatkan Imunitas Tubuh
Pohon sungkai juga dapat ditemukan di daerah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan hampir seluruh wilayah Kalimantan.
Tumbuhan sungkai cocok tumbuh di daerah tropis bercurah hujan A hingga C, baik di tanah kering maupun sedikit basah pada ketinggian 0 meter di atas permukaan laut (mdpl) hingga 600 mdpl.