“Sabun yang mengandung bahan aktif minyak gaharu (memiliki > 50 senyawa aktif) sangat baik untuk membunuh/membasmi mirkoorganisme (bakteri, jamur termasuk virus).”
JAKARTA - Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H), Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), berhasil menciptakan inovasi berupa sabun pencuci tangan (hand soap) dan hand sanitizer gaharu (HaRus) berbahan baku gaharu.
Baca juga: Molases Tebu Atasi Kelangkaan Alkohol
Menurut peneliti laboratorium Mikrobiologi Hutan, sekaligus inovator hand soap dan hand sanitizer gaharu, Asep Hidayat, sabun pencuci tangan menjadi kebutuhan primer di tengah ancaman krisis kesehatan akibat virus corona atau Covid-19.
“Sabun yang mengandung bahan aktif minyak gaharu (memiliki > 50 senyawa aktif) sangat baik untuk membunuh/membasmi mirkoorganisme (bakteri, jamur termasuk virus), selain manfaat lainnya sebagai pengangkat kotoran, keringat, debu, dan merawat kelembutan kulit," beber Asep dalam keterangan tertulis KLHK, Jumat (1/5).
Asep menjelaskan, hand soap gaharu dibuat dalam bentuk cair dengan kandungan SLS 70N (2,5%), Na2SO4 (2%), NaCl (2%), Amphitol (5,6%) ,Tergitol NP10 (0,05%), BKC (0,01%), Gliserin 98% (0,1%), Sodium Benzoat (0,1%), Pewarna (0,005%), Vanilin (0,001%), Minyak Gaharu (0,025%).
"Sebelumnya kami mencoba 0,015% untuk kandungan minyak gaharu, namun setelah dilakukan uji organoleftik terhadap kelembutan, jumlah busa, keharuman dan residu sabun yang tersisa, hasilnya lebih baik jika komposisi minyak gaharunya ditambah," lanjutnya.
Asep juga mengakui, penambahan minyak gaharu cukup berpengaruh terhadap biaya produksi hand soap.
"Minyak gaharu menempati komponen biaya produksi yang paling tinggi dibandingkan bahan lainnya. Untuk komposisi 0,025% minyak gaharu diperlukan biaya produksi sekitar Rp40.000 per liter,” terangnya.
"Sementara tanpa penambahan minyak gaharu hanya dibutuhkan biaya produksi sekitar Rp3.000 per liter. Harga produksi tersebut diluar biaya kemasan dan operasional lainnya," tambahnya.
Ia berharap, pengembangan hand sanitizer berbahan dasar gaharu dapat mendukung ketersediaan sanitizer yang dibutuhkan.
Proses pembuatannya pun cukup mudah, selama tersedia bahan baku.
Setidaknya, saat ini P3H telah memproduksinya untuk memenuhi kebutuhan kantor dan pegawai.
“Pembuatan HaRus sama seperti sanitizer pada umumnya, yaitu menggunakan etanol 96%, gliserol 98%, hidrogen peroksida 3%, dan air steril. Hanya disini ada penambahan minyak gaharu sebanyak 0,15 mililiter untuk produksi satu liter,” jelasnya.
Asep menjelaskan, setelah proses pencampuran dan pengadukan di dalam tabung Erlenmeyer, larutan kemudian dipindahkan ke dalam botol kaca bersih.
“Larutan kemudian disimpan selama 72 jam untuk memastikan tidak ada kontaminasi organisme dari wadah botol, dan hand sanitizer siap digunakan,” terangnya.
Selain HS gaharu, P3H juga memproduksi HS aloe vera, HS aloe vera dan gaharu, serta HS gaharu sediaan gel.
Sebagai permulaan, total telah diproduksi 20 liter HS dari beberapa jenis tersebut, dan saat ini sedang dipersiapkan produksi tahap kedua sebanyak 20 liter.
Tidak ketinggalan, saat ini tim peneliti mikrobiologi hutan juga tengah mengembangkan sabun pencuci tangan berbahan baku gaharu.
Kepala P3H, Kirsfianti L. Ginoga mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu langkah P3H dalam mendukung penanggulangan Covid-19.
Baca juga: Membuat Disinfektan Alami Tangkal Covid-19
Sebagaimana diketahui, Gaharu merupakan resin yang tersimpan dalam jaringan pohon hidup marga Thymelaeceae, beraroma harum dan berwarna coklat kehitaman sampai hitam.
Gaharu banyak digunakan sebagai bahan dasar parfum, farmasi, aromatherapi dan obat tradisional.