• 7 June 2025

NFA: Cold Chain, Inovasi Dalam Distribusi Pangan

Jagadtani - Badan Pangan Nasional (NFA) terus memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk mendukung stabilitas pasokan dan harga pangan nasional. Salah satu langkah strategisnya adalah melalui penguatan infrastruktur rantai dingin (cold chain) yang berperan penting dalam menjaga kualitas dan ketahanan pangan dari hulu ke hilir.

Dalam seminar “Menyongsong Masa Depan Industri Cold Chain dengan Regulasi Visioner” yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Pelaku Logistik Indonesia (PPLI) di JIEXPO Jakarta (8/5/2025), Kepala Pusat Data dan Informasi NFA, Kelik Budiana, menyampaikan keynote speech mewakili Kepala NFA.

“Cold chain hadir sebagai solusi untuk menjaga mutu, keamanan, dan kelancaran distribusi pangan, terutama pangan yang mudah rusak karena umur simpannya pendek. Ini sangat penting dalam memastikan ketersediaan, keterjangkauan serta konsumsi pangan yang cukup, aman, beragam, bergizi seimbang bagi masyarakat,” ujar Kelik.

Kepala Pusat Data dan Informasi NFA, Kelik Budiana"Kepala Pusat Data dan Informasi NFA, Kelik Budiana"

Sebagai bentuk nyata, NFA telah menyalurkan bantuan sarana logistik pangan seperti reefer container, air blast freezer, cold storage, dan heat pump dryer kepada 30 penerima manfaat di berbagai provinsi, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Tujuannya adalah untuk mengurangi disparitas harga antarwilayah dan membantu pengendalian inflasi pangan.

Kelik menambahkan, membangun ekosistem pangan yang tangguh membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan media. “Kami optimistis, sinergi antar pemangku kepentingan ini akan memperkuat ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan nasional,” tegasnya.

Senada dengan itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam kesempatan terpisah menekankan bahwa penguatan rantai dingin merupakan salah satu fondasi penting dalam tata kelola pangan nasional.

“Cold chain bukan sekadar urusan logistik, tapi menyangkut kepastian hidup masyarakat, stabilitas harga, dan perlindungan kelompok rentan, terutama saat krisis,” jelas Arief.

Menurutnya distribusi yang tepat waktu dan tepat sasaran, serta penyimpanan yang memperhatikan mutu dan ketahanan stok, akan memastikan bahwa cadangan pangan dapat benar-benar menjadi penyangga saat dibutuhkan, baik untuk menghadapi rawan pangan musiman, bencana alam, maupun fluktuasi pasokan dan harga pangan.

Ia juga menjelaskan pentingnya lokasi strategis dalam pembangunan cold storage, yakni dekat dengan sentra produksi dan kota-kota besar agar dapat menjadi bagian dari Cadangan Pangan Pemerintah yang dikelola oleh BUMN bidang pangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi pada April 2025 mencapai 1,17% secara bulanan (month to month/mtm), dengan beberapa komoditas pangan seperti bawang merah, cabai merah, dan tomat menjadi penyumbang utama. Oleh karena itu, penguatan rantai pasok menjadi sangat relevan.

Langkah ini juga sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang mendorong pembangunan cold storage di setiap desa sebagai upaya mencegah kerugian akibat kelebihan produksi dan memperkuat distribusi pangan.

Contoh nyata keberhasilan pemanfaatan teknologi pendingin ini ditunjukkan oleh Aulia Madinah Broiler di Lampung. “Dengan air blast freezer, kami bisa membekukan dua hingga tiga ton ayam sekaligus, sehingga lebih hemat listrik dan meningkatkan efisiensi produksi,” ujar pengelola usaha, Zainal.

Lebih jauh, Arief mengajak seluruh pihak untuk mendorong inovasi dalam pengelolaan cadangan dan distribusi pangan, termasuk penggunaan teknologi penyimpanan modern, sistem distribusi berbasis data spasial, serta pelibatan komunitas lokal dalam pemantauan kebutuhan pangan.

Sementara itu, Kepala Bidang Cold Chain PPLI Tejo Mulyono menyoroti pentingnya rantai dingin bagi ketahanan pangan, industri perikanan, daging, serta produk segar. Ia menyatakan PPLI siap merangkul berbagai pihak guna membangun ekosistem pengiriman cold chain untuk mendukung UMKM dan jaringan distribusi nasional.

“Harapannya, pelaku UMKM, kuliner, waralaba, dan restoran bisa mengirimkan produk mereka ke seluruh penjuru Indonesia secara aman dan efisien,” kata Tejo.

Acara seminar turut dihadiri perwakilan dari Kemenko Perekonomian, Badan Karantina Indonesia, BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal), Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta sejumlah asosiasi logistik dan media.

Related News