Pemerintah Antisipasi Jatuhnya Harga Cabai
“Tujuannya tak lain untuk mencegah terjadinya over supply. Namun yang terjadi saat ini adalah kejadian di luar kendali kami.”
JAKARTA - Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, serta mengantisipasi pemerintah lewat Kementerian Pertanian (Kementan), menyiapkan sejumlah jurus, agar tidak terjadi gejolak harga menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pihaknya kini tangah fokus terhadap penyediaan 11 bahan pokok penting, agar masyarakat mendapatkan kepastian pangan.
Baca juga: Menurunnya Produksi Timun Suri
Salah satunya cabai yang merupakan salah satu dari 11 barang kebutuhan pokok dan penting, kini sudah tersedia berlimpah.
Sebagian besar wilayah sentra mulai panen raya sejak April lalu dan diprediksi panen berlangsung hingga bulan Juli mendatang.
Melimpahnya hasil panen tersebut ternyata tidak sebanding dengan permintaan pasar saat ini, akibat kebijakan PSBB di beberapa daerah tujuan pasar.
Akibatnya, terjadi kelebihan pasokan yang berdampak pada jatuhnya harga, sehingga petani kekurangan modal untuk menanam kembali.
Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura, Kementan, Prihasto Setyanto mengungkapkan, kondisi saat ini di luar prediksi.
Ini karena sebelumnya pihaknya sudah mengatur pola tanam dan membuat peringatan dini dalam bentuk data Early Warning System (EWS) yang dikirimkan ke seluruh wilayah setiap bulan.
"Tujuannya tak lain untuk mencegah terjadinya over supply. Namun yang terjadi saat ini adalah kejadian di luar kendali kami,” kata Anton melalui keterangan tertulis Kementan, belum lama ini.
Meski demikian, Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura saat ini sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan jatuhnya harga.
Diantaranya, kata Prihasto, sistem tunda jual yang sudah disosialisasikan ke Petugas Dinas Pertanian dan Petani Champion cabai di seluruh wilayah sentra sejak awal April.
"Teknisnya Direktorat Jenderal Hortikultura memfasilitasi sewa cool storage di beberapa wilayah yang dapat digunakan petani untuk menyimpan hasil panen petani," kata pria yang akrab disapa Anton itu.
"Nanti dijual ketika harga sudah membaik. Kami juga fasilitasi biaya distribusi dari daerah produksi surplus ke daerah minus," lanjut dia.
Anton juga berpesan agar petani lebih cerdas dan tidak kaku dalam berbudidaya.
Misalnya dengan pola budidaya tumpangsari.
"Jadi tidak hanya menanam cabai saja, tapi tumpangsari dengan komoditas lainnya sehingga jika harga cabai jatuh, masih ada pemasukan dari komoditas lain yang masih memberikan keuntungan," ungkapnya.
Tak hanya itu, dalam rangka mendukung program penanganan dampak Covid-19 terhadap kelompok tani, Ditjen Hortikultura telah merelokasi anggaran untuk memfasilitasi bantuan benih hortikultura.
Antara lain benih cabai, sayur-sayuran lainnya dan benih buah-buahan.
Berdasarkan data EWS bulan Agustus hingga Oktober mendatang, produksi khususnya untuk aneka cabai diprediksi akan mengalami surplus nasional yang sangat tipis.
Baca juga: Kopi Sumedang Terbang ke Korsel
Hanya sekitar 5.000-9.000 ton pada bulan September-Oktober.
Hasil produksi tersebut dampak dari mulai terjadinya musim kemarau dan menurunnya minat tanam petani karena rendahnya harga yang terjadi saat ini.
"Hal tersebut menjadi perhatian pemerintah. Sehingga dengan kebijakan bantuan benih yang diberikan, kami berharap petani tetap dapat menamam pada bulan Mei-Juni ini sehingga produksi cabai nantinya dapat memenuhi permintaan pasar," tutupnya.