• 22 November 2024

LIPI Kembangkan Anti-Virus COVID-19 Herbal

uploads/news/2020/05/lipi-kembangkan-anti-virus-covid-19-72651d99119ca42.jpg

Senyawa-senyawa yang terdapat di dalam tanaman ketepeng badak dan benalu dilaporkan mempunyai aktivitas anti-virus.”

JAKARTA - Pusat Penelitian Kimia milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tengah mengembangkan ekstrak daun ketepeng badak (Cassia alata) dan benalu (Dendrophthoe sp.) sebagai obat herbal anti-virus COVID-19.

Apa lagi, sejak COVID-19 menjadi pandemi global, belum ada obat atau vaksin untuk mengobati virus ini.

Baca juga: Meluruskan Khasiat Jahe Merah

Seluruh peneliti di berbagai negara termasuk Indonesia pun berupaya mencari kandidat obat COVID-19 yang bisa digunakan, baik dari tanaman, mikroorganisme, maupun biota laut.

COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-Cov-2 merupakan jenis virus baru yang bersifat dinamis.

Oleh karena itu, belum ada formula obat atau vaksin yang tepat untuk mengobati virus ini yang direkomendasikan World Health Organization (WHO).

Kepala Pusat Penelitian Kimia, Yenny Meliana mengatakan, LIPI saat ini tengah bekerja sama dengan Departemen Mikrobiologi milik Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia (UI) dan Kyoto University, Jepang, untuk mengembangkan obat herbal sebagai antivirus dari ekstrak daun ketepeng badak dan benalu isebagai alternatif dalam pengobatan COVID-19.  

“Senyawa-senyawa yang terdapat di dalam tanaman ketepeng badak dan benalu dilaporkan mempunyai aktivitas anti-virus,” katanya dalam keterangan tertulis LIPI belum lama ini.

“Senyawa yang diprediksi dapat berperan aktif sebagai anti-virus adalah kaempferol, aloe-emodin, quercitrin, dan quercetin,” tambahnya.

Sementara itu, peneliti bidang farmasi kimia di Pusat Penelitian LIPI, Marissa Angelina menyebutkan, langkah-langkah yang telah dilaksanakan pada pasien COVID-19 terbatas pada tindakan preventif dan suportif yang dirancang untuk mencegah komplikasi dan kerusakan organ lebih lanjut.

“Beberapa studi pendahuluan telah menguji kombinasi agen potensial seperti protease inhibitor lopinavir atau ritonavir yang umumnya digunakan untuk mengobati virus HIV, digunakan untuk pengobatan pasien yang terinfeksi COVID-19,” paparnya.

“Selain itu, dilaporkan juga adanya penggunaaan obat malaria yaitu qlorokuin dan emodin,” tambahnya.

Ia menjelaskan, tanaman yang mengandung komponen utama flavonoid dan flavonoid glikosida yang banyak dilaporkan sebagai zat aktif utama sebagai anti-virus.

Menurutnya, pengembangan bahan baku obat dan obat herbal terstandar merupakan upaya yang sangat penting dalam mendukung kemandirian obat Indonesia yang memiliki berbagai keanekaragaman hayati.

“Pengembangan bahan baku obat berbasis tanaman berpotensi untuk jangka panjang dan memiliki peluang besar bagi industri bahan baku obat di Indonesia,” tutupnya.

Belum Diujicoba kepada Hewan Terinfeksi

Marissa menyebut, jika uji coba anti-virus tersebut telah diujicoba pada hewan, namun belum diujicoba pada hewan yang telah terinfeksi COVID-19.

“Kami sudah uji juga, memang obat ini aman jika diberikan kepada hewan uji coba,” kata Marissa kepada ANTARA, Rabu (13/5) kemarin.

Selain itu, daun ketapang juga aktif untuk menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab penyakit demam berdarah.

Bahkan, pengujian daun ketapang terhadap virus dengue sudah melewati uji praklinis dan hasilnya sudah dipatenkan.

Sedangkan, benalu dalam penelitian LIPI sebelum pandemi COVID-19 bisa menjadi obat anti-kanker, karena mengandung senyawa aktif yang bisa menghambat pertumbuhan sel kanker.

Marissa menyebut, benalu kaya akan kandungan senyawa qurcetin yang aktif menghambat pertumbuhan virus penyebab COVID-19.

“Secara komputasi dan bahkan itu data-data dari luar negeri pun menyatakan, qurcetin ini aktif dalam menghambat virus SARS-CoV-2 secara in silico,” tuturnya.

Baca juga: Benarkah Temulawak Cegah COVID-19?

Sayangnya, meski pengujian obat herbal anti-virus COVID-19 itu baru sampai pada uji keamanan pada hewan, namun belum pada uji praklinis pada hewan yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

“Sampai uji keamanan di hewan, bahan obat herbal kita ini aman. Namun, uji praklinis yang di hewan untuk uji aktivitas SARS-CoV-2 pun belum bisa, belum ada yang bisa mengerjakannya di Indonesia,” tutupnya.

Related News