Meningkatnya Permintaan Hasil Pertanian Organik
SIGI - Penggunaan bahan kimia di bidang pertanian begitu banyak mendapat perhatian.
Jika dilihat dari hasilnya, pertanian yang menggunakan bahan kimia memang melimpah, namun hanya terjadi di awal saja.
Faktanya, setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh pupuk kimia hampir tidak terlihat.
Baca juga: Melindungi Petani Pamo dengan AUTP
Hingga pada akhirnya, masyarakatlah yang merasakan dampak buruk ini.
Sederetan penyakit berbahaya yang diakibatkan akibat mengonsumsi buah-buahan dan sayuran tidak sehat, karena proses tumbuhnya tidak lagi sesuai.
Berangkat dari itulah, Ilham Ari Wibadi membangun Himpunan Petani Pencinta Organik Unggul Jaya yang sudah ada sejak 10 tahun silam.
Pertanian organik ini merupakan upaya Ilham untuk mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang sehat, sembari mempertimbangan keseimbangan lingkungan dan ekosistem.
Ilham menjelaskan, pengembangan sistem pertanian organik dilakukannya, karena melihat keamanan hasil pertanian.
Secara pribadi, ia merasa sangat berdosa jika menjual hasil pertanian, yang jelas-jelas membahayakan tubuh konsumennya.
"Kenapa bertani organik, saya sendiri melihat dari segi kesehatan. Non organik menggunakan bahan kimia mulai dari pembibitan hingga perawatan, sehingga hasilnya tentu juga berbahaya, yang kami terima halal, tapi kita memberikan bahan yang berbahaya, saya rasa itu tidak adil," kata Ilham saat dijumpai di lahan pertanian miliknya belum lama ini.
"Jadi kita kalau dikasih uang halal, tentu barang yang kita berikan juga aman dan sehat," tambahnya.
Saat ini, Ilham memiliki lahan seluas 2,5 hektar yang digarap sebagai lahan pertanian organik di Bolupuntu Jaya, Desa Sidera, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Ia menanam sekitar 34 sayuran seperti, bayam, sawi, kangkung, kol, bawang, tomat dan cabai.
Bahkan saat ini, ia mulai merambah menanam buah seperti apel india, pisang kapendis, mangga manalagi, nagka, kelengkeng, dan nanas.
"Saat ini yang banyak permintaan itu nanas, saya harus menyiapkan sebanyak 600 buah, dan pastinya setiap waktu terus bertambah," akunya.
Ilham mengaku, hasil pertanian organik di Sulawesi Tengah semakin diminati seiring mulai berubahnya pola hidup masyarakat dengan hidup lebih sehat.
Hal itu dibuktikan dengan meningkatnya permintaan setiap bulannya.
Bahkan, untuk sayur pun ia tidak perlu lagi repot-repot mencari pembeli di pasar.
"Saya jualnya sekarang tidak jauh, di rumah saja, karena rutin pembeli sayur saya 400 orang per bulan," ungkapnya.
Ia tidak bekerja sendiri.
Untuk hasil maksimal, Ilham menggunakan tenaga sebanyak 13 orang.
Ada yang di bagian pupuk, hortikultura, rumah kemas, ada juga yang khusus menangani bawang.
Yang namanya pertanian organik, tentu dari pembibitan hingga penanaman menggunakan pupuk berbahan alami.
Sebab, penggunaan pupuk alami atau organik dapat menjamin kesehatan dari hasil pertanian tersebut.
Bahkan, dalam jangka panjang ia mampu meningkatkan produktivitas lahannya.
Begitu pun untuk penanganan serangan hama.
Ilham menjelaskan, ia menggunakan cara alami non-kimia yang dapat membahayakan tanaman dan hewan sekitar.
"Jadi hama ini punya siklus hidup, mulai dari telur hingga dewasa, nah kita mau kendalikannya di siklus yang mana, masing-masing punya cara yang berbeda." katanya.
Untuk mengendalikan hama jenis kupu-kupu, ia menggunakan bunga kuning untuk memanggil lebah.
Karena, lebah selalu datang kepada tumbuhan yang warnanya cerah.
Dengan adanya lebah, secara siklus hidup, lebah akan menetaskan telurnya tepat di dalam tubuh ulat.
"Secara insting dia (lebah) akan mencari ulat, kalau kita tanam bawang dan tomat pasti identik dengan ulat, lebah kemudian memasukkan telurnya ke ulat, ulatnya tidak mati, begitu menetas, ulat pecah," jelasnya.
Yang kedua, dengan light trap atau perangkap cahaya.
Serangga paling suka dengan cahaya.
Kelemahan itu bisa dimanfaatkan oleh petani.
Dengan adanya lampu dan di depannya disediakan air, serangga otomatis akan masuk ke air.
Selain serangga, ada juga hama tikus.
Tikus juga bisa dikendalikan, sebab tidak semua tikus harus diracun.
Agar tidak banyak membunuh makhluk, tikus harus dikendalikan, cukup menggunakan buah bintaro.
Buah bintaro memiliki racun bernama cerberin, buah ini juga sangat ditakuti oleh tikus.
Caranya dibelah kecil-kecil dan diletakkan ke semua tanaman yang akan dilindungi.
"Hama seperti tikus, itu mestinya bukan dibunuh, tapi diusir, karena mereka juga makhluk hidup," katanya.
Ia berharap, dengan adanya pertanian organik miliknya ini, dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat Kabupaten Sigi.
Limbah ternak, misalnya.
Baca juga: Melindungi Petani Pamo dengan AUTP
Di pertanian miliknya, ia membutuhkan limbah atau kotoran ternak ratusan kilogram per hari.
Sehingga, warga yang dulunya membuang kotoran ternak, sekarang bisa dijual.
"Jadi kalau dihitung-hitung, lebih mahal kotorannya dari pada harga sapi dalam kurun satu tahun," pungkasnya.