BRIN Inisiasi Kolaborasi Riset Pisang Liar Berskala Internasional

Jagadtani - Daya tarik pisang liar Indonesia (Musa acuminata) membuat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkenalkan skema kolaborasi riset internasional yang berfokus pada eksplorasi, karakterisasi, dan pra-pemuliaannya.
Hal ini disampaikan Kepala Pusat Riset Rekayasa Genetika Ratih Asmana Ningrum dalam sesi khusus ASEAN Committee on Science, Technology and Innovation (COSTI) ke-87 di Gedung BJ. Habibie, Jakarta, Senin (16/6).
Skema ini merupakan bagian dari platform kolaborasi internasional BRIN yang telah diluncurkan sejak Juni 2024, melalui kerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan didukung oleh Gates Foundation. "Platform ini dirancang untuk fokus pada produksi, komersialisasi, dan pemasaran pisang Indonesia. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan induk pisang unggul dari plasma nutfah pisang liar Indonesia," ujar Ratih.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati pisang terbesar di dunia, khususnya pisang liar. Di wilayah barat Indonesia, banyak ditemukan jenis pisang liar yang memiliki kekuatan unggul secara agroekonomi. Sementara itu, di wilayah timur, terdapat berbagai jenis pisang liar yang memiliki ketahanan tinggi terhadap kekeringan.
Di wilayah tengah Indonesia, sejumlah varietas pisang liar diketahui memiliki ketahanan terhadap penyakit yang menyerang pisang, seperti infeksi bakteri dan virus. Pisang liar umumnya memiliki biji serta keragaman genetik yang dapat diwariskan, sehingga berpotensi besar untuk dimanfaatkan dalam program pemuliaan pisang.
“Kenapa pisang? Karena pisang merupakan sumber pangan penting di banyak negara. Tanaman ini bisa tumbuh sepanjang tahun, bahkan dalam kondisi ekstrem. Pisang menawarkan kombinasi unik antara ketahanan, ketahanan pangan, dan siklus hidup yang mendukung keberlanjutan,” jelas Ratih.
Kegiatan riset dalam program ini dibagi ke dalam tiga bagian utama: eksplorasi dan pengumpulan sampel pisang liar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan Papua; karakterisasi dan pra-pemuliaan pisang liar, mencakup berbagai pendekatan mulai dari studi sitogenetik hingga pelestarian plasma nutfah, serta dari pemuliaan konvensional hingga metode modern seperti manipulasi somatik dan rekayasa genetik. Ke depan, program ini menargetkan pengembangan induk pisang dengan sifat-sifat unggul yang dapat digunakan dalam program pemuliaan pisang secara lebih luas.
Program ini didukung oleh berbagai mitra global, termasuk KU Leuven (Belgia), IITA (Afrika), Wageningen University (Belanda), University of Queensland (Australia), dan institusi nasional seperti Universitas IPB dan Universitas Padjadjaran. Sektor industri pun terlibat, di antaranya Great Giant Food dan PT Panyindangan.
“Kami ingin membuka potensi pisang liar Indonesia untuk menghasilkan varietas baru yang unggul. Kolaborasi ini mencakup pemerintah daerah, industri, dan universitas, baik dalam negeri maupun luar negeri,” tambah Ratih.
Saat ini, terdapat 25 kegiatan riset yang sedang berjalan dalam bidang karakterisasi dan pra-pemuliaan pisang. Dalam program penguatan kapasitas, tercatat 24 mahasiswa S2 dan S3, lima peneliti tamu dari luar negeri, dan lima peneliti Indonesia telah terlibat aktif dalam program ini.
Program kolaboratif ini tidak hanya mencakup riset bersama, tetapi juga penguatan kapasitas melalui program pascadoktoral, peneliti tamu, profesor tamu, beasiswa untuk mahasiswa magister dan doktoral, serta pelatihan dan pendampingan riset. BRIN membuka peluang kolaborasi lebih luas, baik dalam bidang riset maupun pengembangan kapasitas sumber daya manusia.