Derita Petani Desa Poi Pascabanjir
“Kebun saya tepat di jalan air ini, jalan satu-satunya cari lahan lain, karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.”
SIGI - ‘Bencana menerjang membuahkan penderitaan.’
Beginilah kira-kira nasib para korban banjir di Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Pasalnya, selain menghancurkan rumah beserta isinya, air bah juga merusak areal pertanian dan sumber-sumber ekonomi warga.
Baca juga: Meningkatnya Permintaan Hasil Pertanian Organik
Kerugian dalam jumlah yang cukup besar tampak di depan mata.
Sekitar 20 hektare areal pertanian tertimbun lumpur dan batu di kawasan langganan banjir itu.
Warga pun mulai khawatir karena hanya bergantung terhadap hasil pertanian.
Ancaman gagal panen juga turut membayangi para petani karena kebun tertimbun lumpur dan batu.
"Kebun saya tepat di jalan air ini, jalan satu-satunya cari lahan lain, karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," Kata Makmur, Warga Poi kepada JagadTani.id beberapa waktu lalu.
Ia berharap pemerintah setempat memberikan bantuan, khususnya mencarikan lahan baru untuk bertani.
"Semoga ada kebijaksanaan dari pemerintah," harapnya.
Secara terpisah, Camat Dolo Selatan, Jalil menyebut, Desa Poi memiliki lahan pertanian seluas 50 hektare lebih.
Area pertanian ini tumbuh berbagai komoditas seperti kelapa, jagung, cokelat, serta tanaman hortikultura lainnya.
Baca juga: Pembuatan Pupuk Kandang Metode Fermentasi
Dari hasil pendataan, saat ini area pertanian tersisa 30 hektare yang masih bisa digunakan.
"Saya khawatir, lama kelamaan tertimbun, cokelat dengan kelapa ini akan mati seperti desa tetangga," ujarnya.
Untuk membantu petani, Jalil mengaku, pihaknya akan secepatnya berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sigi dalam mengupayakan lahan baru.