Kokedama, Inovasi Bercocoktanam Tanpa Pot
“MIMOS ini merupakan hasil kolaborasi antara teknik laboratorium kultur jaringan dan guru produktif di SMK PP Negeri 1 Tegalampel.”
JAKARTA - Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian Pembangunan (PP) Negeri 1 Kecamatan Tegalampel, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, menciptakan inovasi berupa teknik menanam tanpa pot ala Jepang.
Teknik menanam tersebut yaitu menempatkan tanaman dalam bola tanah, kemudian membungkusnya dengan moss (lumut atau serabut kelapa).
Kepala SMK PP Negeri 1 Tegalampel, Anik Sudartini mengatakan, siswanya mengembangkan teknik menanam unik yang diberi nama Smartpot Kokedama MIMOS.
Baca juga: Panen Aquaponik di Tengah Pandemi
“MIMOS ini merupakan hasil kolaborasi antara teknik laboratorium kultur jaringan dan guru produktif di SMK PP Negeri 1 Tegalampel,” sebutnya seperti melansir ANTARA belum lama ini.
MIMOS, lanjutnya, didesain dengan memiliki tiga sensor.
Gas sensor membuat robot Kokedama dapat mencari cahaya sendiri sesuai intensitas cahaya yang dibutuhkan.
Sensor ultrasonik mampu membuat alat tersebut mempunyai fungsi avoider, sehingga tidak menabrak ketika dioperasikan.
Sedangkan sensor terakhir digunakan untuk mendeteksi adanya polusi di dalam ruangan yang ditandai dengan bunyi alarm.
“MIMOS ini belum sempurna. Ke depan, akan dilengkapi dengan monitor suhu, kelembaban ruangan, dan sistem keamanan. Sehingga, kita dapat melakukan monitoring ruangan di mana pun kita berada,” ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, menyambut baik inovasi yang diciptakan oleh siswa SMK tersebut.
Ia juga mengajak seluruh insan pendidikan vokasi pertanian untuk beradaptasi dalam menghadapi COVID-19.
Syahrul mengatakan, riset dan teknologi sangat penting dan akan memberikan kontribusi kuat untuk hadirnya petani yang menghasilkan pangan berkualitas.
“COVID-19 dan vokasi adalah bagian dari cerita baru dunia, di mana COVID-19 mengubah ke arah yang lebih digital dan berbasis teknologi,” ujarnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menambahkan, pendidikan vokasi pertanian ditujukan untuk membangun milenial pertanian Indonesia yang berkualitas, yang mampu menghasilkan ‘job creator’ dan ‘job seeker’.
“Untuk membangun milenial pertanian yang berkualitas tersebut, diperlukan tenaga pendidik maupun kependidikan yang juga berkualitas. Oleh sebab itu, segala inovasi yang diciptakan tenaga pendidik maupun kependidikan untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah vokasi patut kita apresiasi,” tuturnya.
Tim SMK PP Binaan Kementan-SMK PP Negeri 1 Tegalampel merupakan salah satu dari beberapa pendidikan vokasi yang mulai membiasakan diri dan beradaptasi di tengah pendemi.
Mereka menciptakan inovasi berupa Smartpot Kokedama MIMOS, yang merupakan teknik menanam dari Jepang, yaitu menempatkan tanaman dalam bola tanah, kemudian membungkusnya dengan moss (lumut/sabut kelapa) lalu mengikatnya dengan tali dan biasanya dibentuk bulat.
Teknik menanam ini dianggap unik, karena tidak menggunakan pot.
Menurut Jurnal Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Kota Semarang, Jawa Tengah, kokedama merupakan teknik menanam dengan media tanam lumut.
Cara ini merupakan seni tradisional yang berasal dari Negeri Matahari Terbit, Jepang.
Kokedama biasa disebut juga dengan ‘bola lumut Jepang.’
Tanah yang ditanami benih lumut lalu dibentuk bulat.
Jika kebanyakan dari kita menggunakan pot sebagai media tanam, maka kokedama merupakan seni menanam tanpa pot.
Kokedama juga dapat menjadi salah satu alternatif budidaya tanaman yang cocok diterapkan untuk membuat vegetasi rumah meskipun dengan lahan yang terbatas.
Secara terminologi, kokedama terdiri dari kata “koke” yang berarti lumut/moss dan “dama” yang berarti bola/ball.
Sehingga kokedama bisa disebut bola lumut, atau dalam artian yang lebih luas yaitu tanah yang dibentuk seperti bola dan dibungkus dengan lumut.
Namanya itu muncul pertama kali di Jepang, yaitu kombinasi antara bonsai tipe Nearai dan Kusamono.
Bonsai tipe Nearai merupakan miniatur pohon yang dilepaskan dari wadahnya dan diletakkan pada tembikar atau potongan kayu.
Sementara bonsai tipe Kusamono merupakan bonsai dengan peletakkan rumput liar dan bunga pada pot atau wadah yang unik.
Selain itu kokedama juga merupakan estetika dari wabi-sabi, yang merupakan representasi pemandangan indah di Jepang.
Saat ini, kokedama populer di taman-taman yang ada di Jepang.
Selain karena bentuknya yang unik dan lucu, teknik pembuatannya pun tak kalah menarik.
Walau kelihatannya hanya sebuah bola tanah yang dibungkus dengan lumut, namun terdapat sisi seni dalam teknik pembuatan tersebut.
Itulah sebabnya media tanam ini sering disebut “seni kokedama,” sehingga dalam pembuatannya dapat dilihat segi kreativitas pembuatnya.
Karakteristik dari kokedama meliputi asimetris, kasar, ekonomis, dan simpel.
Selain itu, kokedama juga menjadi tanaman organik indoor favorit.
Ini karena tidak menggunakan pot plastik dan lebih mudah daripada bonsai, sebab bisa menggunakan tanaman dengan beragam jenis, tidak harus spesies tanaman tertentu.
Baca juga: Meningkatnya Permintaan Hasil Pertanian Organik
Fungsi dari kokedama yaitu sebagai media tumbuh untuk tanaman hias.
Kokedama bisa diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman herbal, tanaman semusim atau menahun, rumput, paku, bahkan umbi.
Namun, pada umumnya kokedama diaplikasikan pada tanaman yang memiliki ukuran kecil dan biasa diletakkan di dalam ruangan, agar lebih mudah dalam perawatan dan tidak akan tumbuh besar dengan cepat .