• 22 November 2024

Raup Untung dari Kacang Mete

uploads/news/2019/10/raup-untung-dari-kacang-16754390f3bb794.jpg

Mahalnya kacang mete bukan tanpa alasan, proses tanamnya yang lama dan pengupasan kacangnya yang ekstra hati-hati, menjadikannya sebagai kacang termahal.

 

GUNUNGKIDUL - Kacang mete disebut sebagai tanaman tahunan lantaran baru bisa dipanen pada tahun ketiga setelah ditanam. Pohonnya juga bisa bertahan hingga puluhan tahun. Tanaman tahunan ini menjadi salah satu jenis kacang-kacangan yang dijual dengan harga tinggi. Pada 2018 lalu, petani kacang mete di Dusun Sabrang, Desa Watusigar, Ngawen, Gunungkidul sempat menjual 1 kilogram kacang mete yang siap olah dengan harga Rp200 ribu.

Saat ini, harga per kilogram nya turun menjadi Rp175 ribu. Meski demikian, harga tersebut masih dianggap mahal bagi petani. Hal ini diakui oleh Adi Sutarto, petani kacang mete di Dusun Sabrang. Menurutnya, kacang mete merupakan tanaman yang lebih menguntungkan dibandingkan padi atau yang lainnya.

“Hasil petani yang banyak itu ya mete,” kata lelaki yang menanam kacang mete sejak tahun 1975 ini.

Dari lahan seluas 1 hektar, kini Adi bisa menghasilkan 1 kwintal kacang mete dalam sekali panen. Hasil yang diraih dari 1 kwintal kacang mete sekitar Rp20 juta. Meskipun tahun ini jumlah panennya menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 5 sampai 7 kwintal.

Harga mahal kacang mete tentu memiliki sebab, pasalnya proses pasca panennya cukup sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Lasinem, isteri dari Adi mengatakan bahwa setelah dipanen kacang mete harus dijemur selama tiga hari hingga kering.

Setelah itu, kulit yang membungkus kacang harus dikupas dengan alat khusus untuk mengeluarkan kacang mete. Proses mengeluarkan kacang masih dianggap mudah, namun tetap perlu berhati-hari agar kacang tidak ikut terbelah dengan kulit. Apabila terbelah maka harga jual menjadi turun.

“Kalau ngacip (mengupas kulit) itu bisa dapat 15 kilogram (per hari) 1 orang,” ucap Lasinem.

Proses selanjutnya yaitu mengupas kulit yang melapisi kacang mete agar menjadi bersih dan siap diolah. Dalam sehari satu tenaga hanya menghasilkan 1 kilogram kacang yang sudah bersih. Proses ini dianggap paling susah dan membutuhkan tenaga serta waktu yang sangat lama.

“Yang mahal itu, prosesnya kan lama, susah,” ujar Lasinem.

Desa Watusigar memang termasuk salah satu desa yang masyarakatnya rata-rata menanam kacang mete. Ada penurunan dan perkembangan yang dilalui oleh Adi dan isterinya selama menanam kacang mete. Jumlah panen mulai berkurang lantaran sebagian pohon-pohon tua telah ditebang dan diganti dengan bibit baru yang masih kecil.

“Sekarang pohonnya sudah tua ya hasilnya kurang,” tutur Adi.

Meski demikian, Adi dan Lasinem akan tetap menanam dan budidaya kacang mete lantaran harganya kini lebih meningkat dibanding zaman dulu dan bisa membantu perekonomian keluarga.

“Harganya masih murah dulu, sekarang udah mahal,” kata Lasinem. (FDT)

Related News