• 22 November 2024

Ketika Belut Taman Butuh Videocall

uploads/news/2020/05/ketika-belut-taman-butuh-519406d51556c1f.jpg

Makhluk di akuarium tidak melihat manusia lagi kecuali penjaga akuarium, sehingga mereka sudah mulai melupakan manusia.”

JAKARTA - Pandemi COVID-19 yang mengkhawatirkan dunia, membuat berbagai tempat umum membatasi interaksi dan menutup lokasi.

Seperti halnya dengan akurium sumida di Kota Tokyo, Jepang.

Pihak akuarium juga mengaku, mulai mengkhawatirkan salah satu koleksinya yaitu belut.

Melansir dari BBC, belut taman kini mulai takut kepada manusia.

Karena akuarium sepi, binatang kecil itu mulai menyelam ke dalam pasir setiap kali penjaga akuarium datang menghampiri.

Para belut yang biasanya terbiasa melihat ratusan pengunjung mengintip ke dalam akuarium, kini mulai lupa dengan wajah manusia.

Hal ini membuat para penjaga akuarium kesulitan memeriksa kesehatan belut-belut tersebut.

Karena itu, pihak akuarium pun memutuskan untuk meminta kepada masyarakat melakukan panggilan video untuk mengingatkan belut, jika manusia merupakan makhluk yang ramah.

"Makhluk di akuarium tidak melihat manusia lagi kecuali penjaga akuarium, sehingga mereka sudah mulai melupakan manusia," tulis pihak akuarium itu di Twitter mereka.

Para pengelola akuarium juga meluncurkan festival khusus untuk video call dengan ratusan belut tersebut.

Di sekitar akuarium sudah diletakkan lima tablet yang akan menjadi alat video call para belut dengan masyarakat.

Mengenal Belut Taman

Belut taman merupakan bagian dari belut laut yang tinggal di sebagian besar wilayah perairan Indo-Pasifik, termasuk Indonesia, namun ada juga spesies di bagian hangat dari Samudera Atlantik (termasuk Karibia) dan Pasifik Timur.

Melansir Mongabay, Belut taman atau garden eel, hidup di habitat berpasir di dalam laut pada kedalaman dua sampai puluhan meter.

Belut taman juga termasuk ke dalam sub-famili Heterocongrinae pada keluarga belut Conger congridae.

Nama belut taman, didapatkan dari kebiasaannya menyodok kepala dari lubang tempat tinggal mereka, sementara sebagian besar tubuh mereka tetap tersembunyi di lubang.

Mereka juga mempunyai kecenderungan untuk hidup berkelompok.

Karena banyaknya kepala belut yang keluar dari dalam lubang untuk mencari makanan, membuat mereka seakan-akan seperti tanaman yang “tumbuh” dari taman di dasar laut.

Belut taman dapat mentolerir jarak antara lubang tempat tinggal satu dengan lainnya, yaitu sekitar dua inci, namun jarak rata-ratanya sekitar 10 inci.

Belut yang lebih besar memerlukan lebih banyak ruang, daripada belut kecil.

Sedangkan yang jantan, dapat mudah bergerak lebih dekat ke betina selama masa pemijahan.

Belut taman jarang sekali terlihat meninggalkan lubangnya, karena itu pengamatan terhadap tingkah laku di luar lubang sulit dilakukan oleh para peneliti.

Warna pasir tempat belut taman tinggal menjadi faktor untuk menentukan pewarnaan anggota koloni.

Mereka pun mempunyai warna yang sangat bervariasi, tergantung pada spesiesnya.

Spesies terbesar panjangnya mencapai sekitar 120 sentimeter, tapi sebagian besar spesies memiliki panjang tidak lebih 60 sentimeter.

Belut taman memakan zooplankton yang ada di pasir maupun yang melayang terbawa arus laut.

Karena itu juga, belut taman lebih sering terlihat dan semakin panjang menjulurkan badan dan kepala, keluar dari lubang persembunyiannya ketika laut sedang berarus.

Mereka juga hewan yang sangat sensitif terhadap gerakan.

Sedikit saja ada gerakan yang mencurigakan, mereka akan langsung membenamkan kembali tubuh mereka ke dalam lubang.

Hal itu dimaksudkan untuk mengantisipasi datangnya para predator, seperti beberapa spesies ikan karang, belut ular, dan ikan sebelah atau flounder fish.

Related News