Kemarau Basah Pengaruhi Hasil Tembakau Petani Bojonegoro
Jagad Tani - Bojonegoro merupakan salah satu dari lima wilayah penghasil tembakau terbesar yang ada di Jawa Timur. Bahkan menurut data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro, luas lahan tembakau di Bojonegoro pada tahun 2024 mencapai 15.965,94 hektare, tersebar di 26 kecamatan.
Namun tantangan terbesar bagi para petani tembakau ialah faktor cuaca seperti musim kemarau basah, sebab, dengan luas tanam di Kabupaten Bojonegoro yang tercatat seluas 11.320 hektare hingga bulan Juli 2025, bisa saja mengalami resiko penurunan harga hingga gagal panen karena terjadinya penurunan kualitas, akibat tanaman layu.
Baca juga: Sulawesi Utara Miliki Potensi di Sektor Pekebunan
"Nah ketika ada kemarau basah, terus tembakaunya itu daunya belum matang sebelum usia (panen) yang ditentukan. Jadi misalnya tua yang dipaksakan itu, (maka) kualitasnya turun. Biasanya harganya juga turun," ungkap Zulfa Setyoko Pamungkas, salah seorang petani tembakau di Kecamatan Sugihwaras, Bojonegoro.
Menurutnya, salah satu cara yang setidaknya bisa dilakukan untuk mengurangi kerugian berlebih karena faktor pengaruh cuaca yang tidak menentu dan tidak bisa dikontrol, yakni dengan membuat jalur irigasi, terutama saat terjadi kemarau basah atau intensitas turunnya hujan yang masih tinggi meski telah memasuki musim kemarau.
"Jadi yang dilakukan para petani, hanya bisa membuat irigasi atau kalenan (saluran air) di antara sela-sela tumbuhan tembakau itu supaya aliran airnya tidak menggenang. Kalau menggenang, itu membuat tembakau layu dan menyebabkan harga tembakau menjadi turun saat panen," lanjutnya saat dihubungi oleh tim Jaga Tani via telepon, Sabtu malam (13/09).
Faktor layu tersebut, dikarenakan jumlah kadar air yang tinggi saat menggenangi tanaman itulah yang menyebabkan daun yang dihasilkan saat panen ialah daun yang belum memasuki usia panen tapi harus dipanen lebih awal dari masa panennya.
"Bagi yang baru tanam satu bulan yang lalu, di Agustus awal, itu sekarang kan kena hujan lagi. Maka dipastikan harga yang waktu tanam awal Agustus itu akan mengalami penurunan," pungkasnya.

