Pembenihan Lele Ala Pokdakan MB
Proses perkawinan lele jantan dan betina kami lakukan secara alamiah tidak pakai cara suntik dengan harapan supaya ikan tidak banyak dibuang menghemat penggunaan indukan.”
BOGOR - Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Maju Bersama (MB) hingga kini masih tetap menerapkan teknik pemijahan ikan lele secara alamiah untuk mendapatkan benih yang berkualitas.
Lantas apa kunggulan dari pembenihan ikan lele yang dilakukan secara alamiah?
Baca juga: Mengenal Konsep Budiklamber saat Pandemi
Ketua Pokdakan MB, Ace Sumanta mengatakan, budidaya pembenihan lele yang ia lakukan sejak 2015 lalu ini masih tetap melakukan teknik pemijahan secara alamiah tanpa campur tangan atau buatan.
"Proses perkawinan lele jantan dan betina kami lakukan secara alamiah tidak pakai cara suntik dengan harapan supaya ikan tidak banyak dibuang menghemat penggunaan indukan. Walaupun dari hasil jumlah telur tidak terlalu banyak, tapi hasilnya lebih baik dari pengalaman kami," kata Ace kepada Jagadtani.id di Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, baru-baru ini.
Dalam keadaan normal, lanjut Ace, proses pembenihan lele yang dilakukan secara alamiah berlangsung selama dua bulan.
Mulai dari pemijahan di kolam untuk penetasan telur, pemeliharaan larva hingga benih-benih lele itu siap untuk dipasarkan.
"Untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas pada masa pembenihan selama dua bulan itu kami bagi dua manajemen-nya. Usia satu bulan untuk pembenihan dan yang satu bulan lagi benih dijual ke antar anggota kelompok untuk dipakai sendiri pembesaran ikan atau dijual juga ke pasaran. Modifikasi manajemen ini untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional," imbuhnya.
Pokdakan Maju Bersama yang juga merupakan binaan dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, melakukan pembenihan lele di kolam dengan sistem inovasi bioflok menggunakan indukan ikan lele jenis Sangkuriang (Clarias sp).
"Ikan lele jenis ini memiliki kelebihan dari sisi pembudidayaan, artinya lebih tahan dari penyakit karena selama ini SR (survival ratio) berkisar 80-90% dan juga cepat tumbuh. Indukan yang siap dibenihkan umurnya sekitar dua tahun dan yang penting sudah matang gonad," imbuh Ace.
Menurutnya, usaha budidaya pembenihan lele akan terus progresif.
Apalagi, sekarang ini ikan lele selain masih banyak dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari.
Selain itu, benih lele juga banyak dibeli untuk dikembangkan dalam budidaya skala kecil atau rumahan seperti dalam ember yang tengah ramai diminati banyak warga.
"Karena lele bersifat umum artinya banyak orang mengenal dan banyak suka maka permintaan lele dari sisi benih tidak berkurang, bahkan sekarang ini di perumahan-perumahan warga banyak yang mengembangkan budidaya lele skala kecil yang mungkin dianggap pas karena pakannya apa saja bisa misalnya maggot, cacing atau sayuran," paparnya.
Baca juga: Daun Pisang Cegah Lele Mati
Dari hasil budidaya lele yang dikelolanya sendiri, setiap bulannya rata-rata ia dapat menjual sebanyak dua ton ikan lele.
Dari penjualan dengan harga ikan lele Rp17.000 per kilogram, ia mendapat selisih keuntungan sekitar Rp3.000.
"Bicara satu kolam saja Rp3.000 ekor dengan tingkat SR 90%, berarti 2.700 ekor kemudian dibagi delapan ekor sekitar 4 kuintal lebih. Hitungan ini secara teori, tetapi dalam praktiknya bisa didapat sekitar 3,5 sampai 7kuintal karena dalam satu kali panen itu tidak rata," tandasnya.