• 5 December 2025

Mau Tekan Impor, Harus Perbaiki Hulu Peternakan

uploads/news/2025/11/mau-tekan-impor-harus-92711fa8c720385.png

Jagad Tani - Membenahi sektor hulu atau perbibitan (breeding) peternakan sebagai langkah strategis untuk menekan ketergantungan impor daging dan mendongkrak populasi ternak nasional, merupakan fokus utama Kementerian Pertanian (Kementan).

Harry Suhada, selaku Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan, menuturkan bahwa penguatan sektor hulu merupakan fondasi yang tidak bisa ditawar jika Indonesia ingin mencapai swasembada daging.

Baca juga: Petani Diajak Jual Panen ke Bulog Merauke

"Breeding itu fondasi, tidak bisa digantikan. Kalau hulu lemah, populasi tidak akan pernah naik," ujar Harry dalam diskusi mengenai peternakan di Ranca Bukit Waru Wangi, Kabupaten Serang, Banten.

Menurutnya, pemerintah tengah menyusun skema insentif yang lebih kuat bagi para pelaku usaha peternakan. Langkah ini diambil untuk merangsang minat peternak melakukan pembibitan, mengingat saat ini Indonesia masih bergantung pada impor untuk memenuhi sekitar 30 persen kebutuhan daging nasional.

Senada dengan hal tersebut, pengamat peternakan sekaligus Pendiri Ranca Bukit Waru Wangi, Siswono Yudo Husodo, mengingatkan bahwa kondisi populasi ternak, khususnya kerbau, sudah dalam status "SOS". Sebab minat peternak untuk melakukan breeding masih rendah, karena dianggap kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan penggemukan. 

Siswono menambahkan, perbaikan hulu harus dibarengi dengan perubahan sistem budi daya. Ia menyarankan peralihan dari pola potong-angkut (cut and carry) ke sistem penggembalaan lepas (ranch) yang dinilai lebih efisien dalam menekan biaya pakan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi protein hewani di Indonesia baru mencapai 10,5 kg per kapita per tahun, masih di bawah standar ideal 15 kg. Selain itu, populasi kerbau tercatat merosot tajam dari 2,4 juta ekor pada tahun 2000 menjadi 1,37 juta ekor pada 2022. Pembenahan hulu yang dilakukan, diharapkan mampu membalikkan situasi tersebut, mengingat Indonesia pernah mencatatkan sejarah sebagai eksportir sapi pada era 1970-an.

Related News