Jagad Tani - Seekor Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) bernama Musofa yang menjalani perawatan intensif di Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), dinyatakan tidak dapat diselamatkan akibat kondisi penyakit kronis bawaan yang sudah lama diderita.
Ardi Andono, Kepala Balai TNUK menyampaikan bahwa proses translokasi Musofa telah melalui perencanaan matang, melibatkan para ahli konservasi satwa liar dari dalam dan luar negeri, dokter hewan, Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta berbagai mitra konservasi.
Baca juga: Selamatkan Tesso Nilo, Rumah Konservasi Gajah Sumatera
Translokasi ini merupakan sesuatu kebutuhan konservasi jangka panjang bagi spesies ini mengingat kondisi DNA yang sudah tidak baik lagi. Diperlukan upaya breeding sistematis, termasuk pendekatan Assisted Reproductive Technology (ART) dan biobank bahkan untuk gen editing.
Berdasarkan penelitian dari Intitut Pertanian Bogor (IPB) bahwa populasi Badak Jawa, DNA-nya hanya terdiri dari haplotype 1 dan 2. Haplotype 1 telah mengalami inbreeding 58,5 % sedangkan haplotype 2 adalah 6,5%.
“Seluruh prosedur dilaksanakan sesuai standar konservasi internasional, dengan simulasi, penilaian etik, serta kesiapan logistik dan pengamanan. Musofa dipindahkan tanpa luka atau cedera, namun penyakit kronis yang lama diderita menjadi tantangan medis yang tidak dapat diatasi,” jelasnya.
Diungkapkan Ardi, translokasi merupakan tonggak penting dalam konservasi satwa liar Indonesia karena Musofa adalah Badak Jawa pertama yang ditranslokasi. Hal ini menjadi strategi jangka panjang untuk menjaga keberlanjutan populasi di alam, memperkuat keanekaragaman genetik, dan mengelola habitat secara terukur dan aman.
Lebih lanjut disampaikan, kronologis peristiwa dimulai saat Musofa berhasil masuk pit trap pada 3 November 2025. Kemudian, proses pemindahan dilakukan setelah mempertimbangkan faktor cuaca ekstrem dan keselamatan satwa. Musofa tiba di JRSCA pada 5 November 2025 dengan kondisi stabil dan menunjukkan respons adaptasi yang baik pada fase awal. Tim dokter hewan memberikan observasi ketat dan penanganan kesehatan sejak hari pertama.
Pada 7 November 2025, Musofa mengalami penurunan kondisi klinis. Tim medis pun segera memberikan penanganan darurat, sayangnya pada sore di harinya, Musofa dinyatakan tidak dapat diselamatkan. Nekropsi dilakukan oleh tim patologi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB guna memastikan penyebab kematian Musofa.
Pemeriksaan menunjukkan adanya penyakit kronis yang sudah berlangsung lama pada lambung, usus, otak, infeksi parasit dalam jumlah signifikan, serta tanda degenerasi jaringan. Ditemukan pula luka lama akibat perkelahian di alam, yang menjadi faktor tambahan, namun bukan penyebab utama.
Temuan ini memberikan gambaran penting bagi peningkatan standar pengelolaan kesehatan Badak Jawa di habitat alaminya. Balai TNUK bersama IPB University, akademisi lainnya, dan mitra konservasi akan menyiapkan langkah lanjutan berupa analisis komprehensif untuk penguatan deteksi dini penyakit, pengelolaan habitat, dan pemantauan kesehatan populasi.
Kepergian Musofa merupakan kepedihan atas berkurangnya satwa endemik sekaligus menjadi momentum dalam upaya perlindungan terhadap Badak Jawa, guna memastikan keberlangsungan hidup spesies ini kedepan.

