• 22 November 2024

Geliat Urban Farming Kota Bogor

uploads/news/2020/06/geliat-urban-farming-kota-477826698366ef7.jpg

BOGOR - Urban farming atau berkebun dengan memanfaatkan lahan terbatas yang disulap menjadi lahan produktif, kian diminati masyarakat Kota Bogor terlebih di tengah pandemi COVID-19.

"Urban farming sekarang ini banyak diminati masyarakat Kota Bogor," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Holtikultura dan Penyuluhan Pertanian pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor, Dian Herdiawan, Kamis (18/6) kemarin. 

Baca juga: Untung Membusung Ayam Serama 

Bahkan, lanjut Dian, sejumlah pihak secara masif bergerak mendukung untuk penerapan konsep urban farming di Kota Bogor.

Hal itu menurutnya, merupakan bentuk penguatan ketahanan pangan di masa pandemi COVID-19.

"Seperti yang digagas Komite Penggerak Nawacita (KPN) membentuk tujuh RW Kampung Siaga sebagai lumbung pangan Covid-19. Lumbung pangan ini tersebar beberapa RW di wilayah Kota Bogor," imbuh Dian.

Program Siaga Pangan COVID-19 yang digagas Yayasan Bumi Selaras Sejahtera ini juga bekerja sama dengan masyarakat setempat.

Mereka memanfaatkan pekarangan atau lahan sempit untuk berbudidaya pertanian. 

Lokasi program itu berada di Kampung Warung Bandrek, Kelurahan Bondongan, Kecamatan Bogor Selatan.

Selain itu mereka juga menggelar di Kampung Rambutan di Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah dan Kampung Babakan Gardu berada di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat. 

Masih kata Dian, menggeliatnya urban farming yang cukup besar di Kota Bogor disambut positif oleh Komisi IV DPR RI faksi Gerindra dan Golkar bersama Kementerian Pertanian yang rencananya akan meluncurkan 16 lokasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L) tahun ini. 

"Kegiatan ini (P2L) untuk merangsang kelompok tani lebih membudidayakan dengan memanfaatkan pekarangan. Kita inisiasi ada anggaran Rp50.000.000 setiap kelompok untuk membuat green house (pembibitan), kebun pekarangan masing-masing anggota kelompok, pengolahan hasil budidaya dan kebun kelompok," paparnya.

Ia mengakui, pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dengan aktivitas #dirumahaja, banyak masyarakat yang memanfaatkan waktu melakukan urban farming, seperti menanam sayur mayur. 

"Banyak masyarakat memanfaatkan waktu di lingkungannya untuk berkebun. Seperti halnya KWT Kentagor di mana kebunnya sudah ada penerangan sehingga masyarakat juga bisa aktivitas berkebun di malam hari," katanya.

Peningkatan aktivitas urban farming ini, sambungnya, bisa dilihat dari banyaknya masyarakat yang membeli kebutuhan untuk media tanam.

Seperti pot dan bibit-bibit tanaman, serta sebagainya di toko pertanian.

Ia menjelaskan, kegiatan urban farming sejalan dengan kondisi saat ini untuk mewujudkan kehidupan yang sehat.

Dari hasil panen berkebun juga dapat dikonsumsi sendiri untuk memenuhi kebutuhan gizi. 

"Kita mengenal ada istilah empat sehat lima sempurna. Empatnya itu, pakai masker, jaga jarak, cuci tangan pakai sabun dan jangan panik. Sempurna, apabila mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, caranya dengan urban farming. Jadi secara masyarakat bisa berbudidaya dengan aman di pekarangan, tidak membeli dan diolah sendiri," paparnya.

Memang, lanjutnya, dari kegiatan tersebut belum dapat untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Baca juga: Memanen Padi Anti-Stunting saat Pendemi

Untuk itu, lanjutnya, DKPP saat paska pandemi COVID-19 juga akan menggagas kampung tematik hortikultura.

Apa lagi, di kampung tersebut juga terdapat kampung sayur, kampung buah, dan kampung bio farmaka (herbal). 

"Kita harapkan masyarakat mau berbudidaya, dan apabila berlebih bisa dijual sehingga memenuhi kebutuhan pasar Kota Bogor. Pastinya optimis itu di komoditas sayuran melalui urban farming," tutupnya.

Related News