Memilih Bibit Alpukat yang Baik
JAKARTA - Memilih bibit tanaman menjadi hal yang cukup sulit untuk dilakukan, terlebih lagi untuk pemula yang baru saja memulai untuk membudidayakan sebuah jenis tanaman.
Hal ini dapat terjadi, karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman dalam memilih dan menentukan apa saja yang harus dilakukan oleh pemula.
Ahmad Fachrizal, petani muda asal Jakarta yang merupakan pemilik Kebun Bibit Alpukat Cipedak Tunas Muda yang ada di RT. 004, RW. 004, Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, berbagi tips untuk Sahabat Tani.
Selain itu, ia juga menjelaskan berdasarkan pengalamannya mengenai rahasia dalam menuai bibit alpukat cipedak yang unggul.
Menurutnya, rahasia untuk mendapatkan bibit yang baik yaitu memiliki media yang harus baik.
“Tanah ini sama seperti di daerah-daerah lain. Hanya saja campuran tanah untuk menjadi media tanam ini kita optimalisasikan dengan menggunakan pupuk kandang ayam juga pupuk kandang kambing yang kemudian kita campur dengan tanah. Atau bisa juga dengan menggunakan pupuk kandang kelinci. 3 jenis dengan perbandingan 1:1:1,” katanya kepada tim JagadTani.id belum lama ini.
Pemuda yang akrab dipanggil Rizal ini menambahkan, setelah tanah dicampur dengan pupuk kandang ayam, kambing atau kelinci.
Campuran tersebut difermentasikan dengan pupuk organik cair hasil fermentasi urin kelinci yang juga merupakan hasil produksinya sendiri.
“Setelah campuran tadi telah siap, kita masukan ke dalam plastik polybag, kemudian kita isi dengan seedling-seedling yang akan kita tanam berikutnya. Ini prosesnya berkelanjutan, jadi pembibitan itu tidak hanya sekali pakai kemudian selesai begitu saja,” jelasnya.
“Tapi bisa berkelanjutan. Ada yang tanam, ada yang sambung, ada yang biji, ada yang media tanam lagi. Begitu seterusnya supaya tidak putus dalam siklus dari pembibitan itu sendiri,” tambahnya.
Untuk mendapatkan bibit yang baik, tentunya juga harus terhindar dari serangan penyakit pada tanaman.
Penyakit pada tanaman merupakan gangguan yang disebabkan oleh mikro-organisme berupa bakteri, virus, cacing, dan juga jamur.
“Yang paling sering saya alami dalam pembibitan alpukat adalah terkena serangan jamur. Awalnya masih tumbuh dengan baik, tapi karena perakarannya banyak terserang jamur, bibitnya mulai tidak kuat,” ujarnya.
“Dia mulai layu dari bawah. Berawal dari akarnya yang terserang jamur, kemudian merambat hingga ke batang lalu sampai di sambungan pucuk dan pada akhirnya ia akan mati,” lanjutnya.
Rizal juga menjelaskan penyakit lain yang ada dalam pembibitannya yang disebabkan oleh jamur.
“Ada pula yang seperti ini, akarnya sudah terserang dan daunnya sudah layu dan ini indikasi jamurnya sudah sangat tinggi. Tapi belum sampai sambungan pucuk. Ini penyakit yang paling sering menyerang,” kata pria berusia 32 tahun itu.
Selain itu, hambatan lain yang akan terjadi, namun bukan bagian dari jamur, ditandai dengan tumbuhnya tunas dari bawah bagian batang.
Hal ini, menurutnya, disebabkan kesalahan dalam proses melakukan sambung pucuk.
Namun Sahabat Tani tak perlu khawatir, hambatan tersebut masih bisa diatasi dengan cara memotong bagian atas batang kemudian disambung dengan pucuk yang baru.
Ketika sudah terjadi identifikasi yang merupakan serangan jamur, Rizal menyarankan penanganannya yaitu dengan menyiramkan cairan anti-jamur atau fungisida pada pembibitan secara rutin setiap satu kali dalam sebulan.
“Nah, untuk menangani bibit yang kurang nutrisi, saya pakainya pupuk organik cair. Kalau saya, produksi sendiri untuk pupuk cair tersebut dari hasil fermentasi urin kelinci,” sebutnya.
“Mudah-mudahan, teman-teman tidak mengalami kegagalan seperti tanaman-tanaman yang saya uraikan tadi ya. Tapi tentunya di persiapkan dengan segala macam kebutuhan selama pembibitan berlangsung,” tutupnya.