Pertanian Cerdas ala Jember
JAKARTA - Petani dan penyuluh di Kabupaten Jember, Jawa Timur, kini mulai menerapkan dan mengembangkan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) melalui proyek yang diterapkan pada tahap pertama.
Menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi, wilayah tersebut akan dijadikan percontohan untuk penerapan konsep pertanian cerdas iklim, sebagai antisipasi dampak perubahan iklim global.
Dalam empat tahun ke depan, sebanyak empat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Jember akan menjadi percontohan penerapan CSA.
Baca juga: Menilik Kecanggihan Mesin Pertanian YH850
Empat BPP terpilih yaitu Ajung, Balung, Ambulu, dan Gumukmas.
Sebanyak empat BPP itu, katanya, telah bersiap dengan menetapkan calon petani dan calon lokasi CSA.
Ia menuturkan, CSA dilakukan sebagai bentuk antisipasi dampak perubahan iklim global yang diperkirakan bahwa Indonesia akan mengalami musim kemarau yang cukup panjang.
"Untuk itu, para penyuluh dan petani harus segera melakukan percepatan tanam agar di sisa musim hujan ini petani masih bisa panen, untuk menjaga ketersediaan dan ketahanan pangan terutama di masa pandemi COVID-19," kata Dedi dalam keterangannya kepada ANTARA, belum lama ini.
Ia menambahkan, banyak hal yang telah dilakukan di wilayah binaan keempat BPP yang akan menjadi wilayah penerapan pertanian cerdas iklim.
Berdasarkan informasi, jumlah penyuluh baik itu Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Tenaga Harian Lepas (THL) di BPP Ajung sebanyak 17 orang.
Mereka bisa membina 145 poktan dan 23 gabungan kelompok tani (gapoktan) dan komoditas unggulannya seperti padi dan jagung.
Sedangkan di BPP Balung, jumlah penyuluh (PNS, THL dan Swadaya) sebanyak 22 orang dan mampu membina 181 poktan dan 22 gapoktan, komoditas unggulannya padi, jagung, kubis, cabai, dan tembakau.
Di BPP Ambulu, jumlah penyuluh (PNS, THL dan Swadaya) sebanyak 24 orang yang mampu membina 171 poktan dan 28 gapoktan dengan komoditas unggulannya padi, jagung, kedelai, dan tembakau.
Baca juga: Geliat Urban Farming Kota Bogor
Sedang BPP Gumukmas jumlah penyuluh (PNS, THL dan Swadaya) sebanyak 29 orang yang mampu membina 238 poktan dan 29 gapoktan dengan komoditas unggulannya padi dan tanaman hortikultura atau sayuran.
Sementara itu, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, memberikan semangat kepada petani dan penyuluh untuk tetap beraktivitas produktif demi melancarkan pengembangan pertanian cerdas iklim.
"Petani dan penyuluh adalah garda terdepan dalam pertanian. Mereka tidak boleh berhenti, karena pertanian tidak boleh berhenti dalam kondisi apapun. Namun, tetap jalankan protokol pencegahan COVID-19. Agar petani dan penyuluh sehat dan produktivitas meningkat," tutur Syahrul.