• 25 November 2024

Strategi Menyejahterakan Petani Cabai Indonesia

uploads/news/2020/07/strategi-menyejahterakan-petani-cabai-42438692bc1be36.jpg

Untuk meningkatkan kesejahteraan petani cabai rawit di Indonesia, petani cabai rawit harus kompak membentuk kelompok usaha dalam satu kawasan.”

JAKARTA - Cabai rawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang bernilai ekonomi tinggi di Indonesia.

Selain itu, tanaman cabai juga tak pernah kehabisan peminat, karena hampir setiap orang membutuhkannya.

Ada yang untuk keperluan memasak, untuk bahan baku industri, sumber vitamin atau pun untuk diperdagangkan di pasar ekspor.

Baca juga: Mengenal Konsep Estate Padi

Pastinya, bisnis budidaya cabai rawit sangat menjanjikan, karena selalu dibutuhkan dan memiliki pasar yang sangat besar terutama di Indonesia.

Peneliti dan dosen Institut Penelitian Bogor (IPB) University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Sobir mengatakan, cara meningkatkan ketersediaan benih dan varietas cabai rawit bermutu untuk petani Indonesia.

Yaitu, dengan melakukan perakitan varietas baru yang sesuai dengan tantangan lingkungan (seperti tahan penyakit virus kuning, hama tungau dan kutu serta lalat buah), produksi tinggi dan tingkat kepedasan yang sesuai dengan standar yang diminta pasar.

Selain itu, menurutnya, varietas tersebut diproduksi menjadi benih bermutu oleh penangkar bertanggungjawab dan disertifikasi.  

"Cara petani cabai rawit dalam menghadapi tantangan dengan ragam hama penyakit adalah dengan menjalankan prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT),” katanya dalam keterangan resmi IPB belum lama ini.

Pertama, pendekatan budidaya yaitu dengan pemilihan varietas yang tahan penyakit, tanah dibiarkan terbuka setelah dibalik selama satu minggu, penggunaan mulsa plastik hitam perak, eradikasi gulma inang hama dan penyakit serta pengamatan teratur dengan membuang bagian tanaman yang sakit," lanjutnya.

Kedua, yaitu pendekatan biologis yaitu dengan penggunaan musuh alami hama dan penyakit, aplikasi pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) pada saat pembibitan dan penanaman tanaman pencegah di sekeliling kebun.

Ketiga, dengan pendekatan fisik atau mekanis yang terdiri dari penggunaan atraktan atau lampu penarik serangga, penggunaan kain kasa pada bedengan persemaian maupun di sekitar pertanaman.

Lalu, dengan penggunaan perangkap air berwarna kuning, mengumpulkan buah yang terserang kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar.

"Ke empat dengan cara kimiawi. Apabila cara lain tidak dapat menekan populasi hama dan berdasarkan hasil pengamatan intensitas serangan lebih besar dari 15% per tanaman, dapat diaplikasikan dengan pestisida efektif dan terdaftar," ujarnya.

Ia menambahkan, untuk budidaya cabai rawit yang baik dan menghasilkan panen yang melimpah, ada beberapa langkah yang bisa diterapkan.

Yakni, petani harus melakukan pemilihan waktu tanam yang tepat, penggunaan varietas yang sesuai dengan lokasi dan musim tanam.

Lalu, penggunaan PGPR pada saat perendaman benih sebelum persemaian, melakukan persemaian dan pembibitan yang bersih dari hama dan penyakit sebelum pindah ke lapang.

Serta, pengolahan tanah yang baik dan penggunaan mulsa plastik hitam perak, melakukan pemupukan yang sesuai, didukung dengan irigasi yang memadai sesuai ketersediaan air dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sesuai pendekatan PHT secara disiplin.

Prof. Sobir menjelaskan, agar petani cabai rawit berhasil dalam proses budidaya dengan baik, diperlukan pengetahuan yang cukup untuk pelaksanaan penanaman yang baik.

Perlunya pemahaman mengenai waktu tanam yang optimum, harus ada penyediaan sarana produksi yang efisien.

Kemudian, penyediaan tenaga kerja yang terampil dan berdedikasi, disiapkan penyediaan sumber air irigasi dan penyediaan sarana dan prasarana panen.

Baca juga: Mengintip Peluang Usaha Burung Puyuh

"Untuk meningkatkan kesejahteraan petani cabai rawit di Indonesia, petani cabai rawit harus kompak membentuk kelompok usaha dalam satu kawasan. Agar, penyediaan sarana lebih efisien, dapat terjadi pertukaran teknologi dengan baik, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) lebih efisien, proses produksi lebih optimum dan pemasaran lebih menguntungkan,” ujarnya.

Harapannya, petani cabai Indonesia berhasil dalam budidaya cabai rawit dan mau menjalankan teknik penanaman yang paling sesuai dengan disiplin. IPB University bisa jadi sumber informasi untuk kemajuan petani cabai rawit Indonesia. Semoga petani cabai semakin maju dan sejahtera,” tutupnya.

Related News