Untungnya Budidaya Ikan Nila
“Alhamdulillah sangat menguntungkan. Dengan modal Rp10.000.000, omset saya jadi Rp22.000.000. Jadi, budidaya ikan nila ini sangat menggiurkan.”
SIGI - Sahabat Tani pasti sudah tidak asing lagi dengan ikan nila.
Ya, budidaya ikan habitat air tawar ini rupanya sangat menguntungkan dan bisa beromset puluhan juta rupiah.
Seperti yang dilakukan Muhammad Ikbal.
Warga Desa Potoya, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah ini sudah merasakan hasilnya saat panen pertama.
Baca juga: Sumur Dangkal Solusi Kekeringan
Ia bercerita, budidaya ikan nila tersebut awalnya ditawarkan ke kelompok tani yang dipimpinnya.
Namun, tak ada yang bersedia dan tidak tertarik sama sekali.
Akhirnya, bapak dua anak ini dengan pengetahuan seadanya berani mengerjakannya sendiri.
Sebab, ia tak mau bantuan kolam terpal oleh pemerintah tersebut akan mubazir.
Selama empat bulan membudidayakan ikan tersebut, sejak masa tebar benih hingga panen, Ikbal akhirnya menuai hasilnya.
Ia pun semakin getol membudidayakan ikan tersebut.
Menurutnya, mengelola ikan dengan kolam seluas 14 x 31 meter tersebut, dapat meraup keuntungan belasan juta rupiah secara bersih.
Pasalnya, permintaan konsumsi ikan nila di Sulteng begitu tinggi, khususnya rumah makan yang ada di Kota Palu.
Meski harga bibit ikan nila saat ini mengalami kenaikan 50%, namun menurut Ikbal, belum berpengaruh jika dibanding dengan omset yang didapatkan.
Jika dihitung, dari jumlah benih 5.000 ekor dan tidak ada yang mati, hasil panen bisa mencapai satu ton.
Dengan harga saat ini Rp40.000 per kilogram, hasilnya cukup lumayan.
Namun, kebanyakan hasil yang didapatkan di bawah satu ton, karena jauh kemungkinan dari 5.000 ekor akan bertahan seluruhnya.
"Alhamdulillah sangat menguntungkan. Dengan modal Rp10.000.000, omset saya jadi Rp22.000.000. Jadi, budidaya ikan nila ini sangat menggiurkan," katanya belum lama ini.
Ia pun mengajak warga sekitar yang memiliki lahan untuk segera membudidayakan ikan nila, agar ekonomi pasca bencana gempa kian membaik.
Apalagi, untuk merawat ikan tidak membutuhkan tenaga super ekstra, tidak seperti berkebun.
"Perawatan ikan ini sebenarnya tidak ada susahnya, perempuan saja bisa. Kecuali, di saat tebar bibit dan panen memang harus membutuhkan tenaga yang banyak dan harus laki-laki," ujarnya.
Pada saat panen, menurutnya, akan membutuhkan tenaga lebih dan harus dilakukan oleh laki-laki, sebab harus dilakukan ekstra hati-hati karena ikan tidak boleh mati saat dijual.
Apalagi, pengepul yang berasal dari beberapa rumah makan butuh ikan hidup.
"Ada juga yang butuh mati, tapi tidak seberapa," ungkapnya.
Untuk bibit ikan, Ikbal mengambilnya dari Kota Surabaya, Jawa Timur, karena kualitas bibit lokal dinilainya belum baik.
Bibit untuk 5.000 ekor, dibelinya seharga Rp2.500.000.
Harga tersebut naik dari harga sebelumnya Rp1.500.000.
Namun, harga tersebut tidak mempengaruhinya jika dibandingkan dengan hasil panen yang ia dapatkan.
"Yang kami gunakan kan bibit unggul. Jadi, kami tidak terlalu mempermasalahkan harganya, belum terlalu mahal kalau saya hitung-hitung," tuturnya.
Bagi Sahabat Tani yang ingin membudidayakan ikan nila, Ikbal mengingatkan, agar memperhatikan air yang digunakan pertama kali.
Begitu juga campuran air yang menggunakan kapur dolomit.
"Biasanya air itu kami diamkan selama dua minggu baru kita masukkan bibit, agar plankton yang menjadi makanan alami bibit ikan nila hidup di kolam tersebut," jelasnya.
Begitu juga bagi Sahabat Tani yang menggunakan produk-produk pakan yang dijual di pasaran.
Menurut Ikbal, semua itu tergantung yang Sahabat Tani.
Karena semuanya, menurut Ikbal, pastinya cukup aman bagi ikan.
Ikbal menjelaskan, setelah tebar benih, ikan harus diberikan pakan PSP, pakan berbentuk halus seperti tepung, selama satu bulan.
Setelah itu, makanan pun berganti lagi, karena menurutnya ikan juga butuh pakan F99.
Nah, pakan F99 ini sendiri hanya berjangka satu bulan, kemudian beralih lagi ke jenis pakan Min1 di mana proteinnya di atas 30%.
"Sejak ikan masih bayi istilahnya, memang betul-betul kita pacu pertumbuhannya. Makanya, sejak awal kami menggunakan PSP, karena kandungan proteinnya sangat tinggi sampai 40%. Boleh juga memberikan makanan lain, yang terpenting adalah proteinnya di atas 30%. Karena kita mencari percepatan pertumbuhan ikan sejak awal-awal, paling lama satu bulan," paparnya.
Setelah itu, tinggal melihat perkembangan ikan.
Jika masih memungkinkan, ikan diberi pakan F99 kembali.
Ikbal sendiri mengaku, ia dapat menghabiskan satu karung sebelum menggantinya dengan 782 protein di bawah 30%.
Kali ini, jumlah kandungan protein harus dikurangi, karena umur ikan sudah masuk bulan kedua.
"Harus dikurangi, sebab sempat saya tes, panen pertama saya belikan 782. Niatnya agar lebih cepat pertumbuhannya, ternyata banyak yang mati. Mungkin, karena mereka tidak mampu lagi mencerna protein tinggi jika sudah dewasa, makanya saya menggunakan makanan yang kadar proteinnya sekitar 25%," ungkapnya.
Saat ini, ikan nila milik Ikbal sudah berumur lebih dari dua bulan dan tinggal beberapa hari lagi masuk tiga bulan.
Sekarang ia sudah mulai mengganti makanannya dengan memberikan pakan ikan 788.
Dari pantauannya, pertumbuhan ikan saat ini lebih cepat jika dibandingkan dengan sebelumnya arena jumlahnya lebih sedikit.
Baca juga: Derita Petani Desa Poi Pasca Banjir
"Sebelumnya saya tebar 7.500 benih, sekarang hanya 5.000 benih," sebutnya.
Mengurangi jumlah benih ikan juga dinilainya sangat tepat.
Ini karena kebutuhan oksigen dari ikan jauh lebih sedikit dibanding sebelumnya.
Sebab jika banyak, akan menambah penggunaan kincir lebih banyak.