• 23 November 2024

Akuaponik Bambu Ala Wakapolsek

uploads/news/2020/07/akuaponik-bambu-ala-wakapolsek-343174dba3f8ba7.jpg

Memang ada kelebihan dan kekurangan dari bambu ini. Kelebihannya tentunya hemat biaya. Misal, harga satu batang paralon Rp80.000 tapi dengan memakai bambu bisa Rp20.000 per batangnya.”

BOGOR - Warga Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat tengah gencar membudidayakan ikan dan sayuran dengan sistem akuaponik.

Bedanya, instalasi akuaponik yang biasanya menggunakan paralon, kini tak terlihat.

Para warga justru menggunakan bambu untuk membuat akuaponik.

Baca juga: Kisah Madrouf Membangun Ternak Cupang

Instalasi akuaponik dari bambu ini sendiri digagas oleh Wawan yang juga Wakil Kepala Kepolisian Sektor (Wakapolsek) Bogor Barat.

Menurutnya, budidaya ikan dan sayuran sistem akuaponik ini memanfaatkan aliran air kali Cibenda yang melintas di wilayahnya. 

Wawan menceritakan, awalnya budidaya yang dilakukan warga RW 11 tersebut, untuk menjawab atas persoalan sampah plastik di Kali Cibenda.

Selain itu, budidaya ikan dan sayuran ini menjadi sarana edukasi agar warga mencintai lingkungannya, sehingga tidak membuang sampah ke kali. 

"Saya kebetulan mantan ketua RW 11. Waktu itu dapat petunjuk dari pak Lurah untuk pengendalian sampah dengan program kali bersih. Kita kemudian bersama warga melaksanakan gerakan pungut plastik karena sampah di sini 90% plastik," tuturnya kepada JagadTani.id, belum lama ini. 

Setelah sampah dapat dikendalikan, lanjut Wawan, pada September 2019, warga mulai membudidayakan ikan mas, nila, dan gurame di Kali Cibenda.

Selanjutnya, dua bulan terakhir dilakukan pengembangan untuk budidaya sayuran, seperti bayam, kangkung, caisim dan pakcoy. 

Sistem akuaponik pun diterapkan, lantaran tidak membutuhkan lahan yang luas cukup dibangun di atas aliran kali.

Untuk instalasi akuaponik sendiri, dipilihlah material bambu agar menghemat pengeluaran biaya. 

"Memang ada kelebihan dan kekurangan dari bambu ini. Kelebihannya tentunya hemat biaya. Misal, harga satu batang paralon Rp80.000 tapi dengan memakai bambu bisa Rp20.000 per batangnya," katanya. 

Namun kekurangannya, dijelaskan Wawan, batang bambu yang mengalirkan air ke media tanam, cepat tumbuh lumut dan itu harus dibersihkan kembali setelah masa panen.

Hanya saja, menurutnya proses pembersihan lumut tersebut agak sulit dilakukan pada bambu. 

"Pembersihan lumut dilakukan, agar nutrisinya dimakan oleh tumbuhan bukan dimakan oleh lumut," tambah Wawan.

Baca juga: Ketahanan Pangan ala Milenial Bogor

Ia mengatakan, hasil dari budidaya sayuran sistem akuaponik terbilang cukup bagus, meski belum semaksimal dengan sistem hidroponik.

Ini dikarenakan, hanya memanfaatkan nutrisi alami yang terkandung dari air. 

"Seperti saya katakan ada kekurangannya, hasil tidak maksimal seperti hidroponik yang pakai nutrisi. Tapi hasilnya bisa untuk memenuhi kebutuhan pangan warga," tandas pria berpangkat Ajun Komisaris Polisi itu.

Related News