Ketika Sosiolog jadi Juragan Ikan
”Kalau 3.000 ikan patin ini hidup, semua bisa belasan juta (rupiah). Tapi, kemarin juga ada banyak ikan yang mati sekitar 100-an.”
PALEMBANG - Iswadi (24) pria lulusan sosiologi Universitas Sriwijaya, Kota Palembang, Sumatera Selatan, tak pernah terbesit ingin menjadi seorang peternak ikan.
Pria yang kesehariannya juga merupakan pengurus olahraga sepatu roda tingkat provinsi ini, sangat jeli melihat peluang untuk menggali pundi-pundi uang dari bisnis ternak ikan patin.
Ikan patin sendiri masih menjadi makanan primadona di Sumsel.
Baca juga: Senyum Petani Cengkeh Lahat
Sebab, hampir di setiap lorong banyak warga yang menjual ikan patin.
Ia memanfaatkan lahan yang kosong di wilayah Kecamatan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, atau sekitar 15 kilometer dari tempat tinggalnya di Kecamatan Jakabaring, Kota Palembang.
Kini, Iswadi mencoba menjelma menjadi sosok "juragan ikan".
"Kalau modal awal sekitar belasan juta untuk buat kolam terpal, beli bibit dan sebagiannya. Tapi, kini saya mencoba menikmati hasil dari penjualan ikan," kata Iswadi belum lama ini.
Awal ternak ikan, lanjutnya, ia memiliki dua kolam yang 5x4 meter dan setiap kolam diisi bibit 1.500 ekor patin.
Kini, Iswadi sudah siap panen untuk pertama kalinya.
Untuk ikan patin berukuran setengah kilogram dijual sekitar Rp15.000 per kilogram di pasaran.
Bila panen tiba, dirinya mendapatkan uang sekitar Rp15.000.000.
"Kalau 3.000 ikan patin ini hidup, semua bisa belasan juta (rupiah). Tapi, kemarin juga ada banyak ikan yang mati sekitar 100-an," ungkapnya.
Menurutnya ternak ikan patin tidaklah sulit.
Sebab, selain lokasi ternaknya yang strategis karena ada aliran sungai di sekitar kolam, juga bibit ikan patin sangat mudah dicari di wilayah Jakabaring.
"Bibit per ekor ukuran dua inci sekitar Rp300. Beli yang agak besar, biar mudah untuk memeliharanya," terang dia.
Selain itu, ia juga membatasi berat ikan patin yang dipeliharanya.
Menurutnya, ikan patin maksimal memiliki berat 500 gram atau berusia enam bulan.
Ini karena, warga Sumsel paling senang menyantap ukuran patin yang tidak terlalu besar.
Baca juga: Memanen Untung dari Lahan Kosong
Namun di masa pandemi ini, tentunya memelihara ikan patin menjadi tantangan tersendiri.
Sebab, harga pakan ikan juga ikut naik dan konsumen mulai perhitungan untuk membeli ikan.
"Kalau berdampak, pasti. Karena memang konsumen mengurangi pembeliannya menurut tengkulak. Tapi, itu tak berpengaruh bagi peternak muda seperti saya," ungkapnya.