• 23 November 2024

Pupuk Organik Cair Buatan Polisi

uploads/news/2020/07/pupuk-organik-cair-buatan-88389c410dc4fca.jpg

Ada saat di mana mimpi tertundamu mendapatkan kesempatan kedua untuk diwujudkan.

JAKARTA - Produksi pertanian organik kini sedang dikembangkan oleh para petani dari berbagai daerah, mulai dari padi, sayur mayur, hingga kedelai.

Untuk menunjang kebutuhan produktivitas pertanian organik, Manahasa Sihombing yang merupakan Ajudan Inspektur Polisi (Aiptu) aktif di unit Tipikor, Polres Tapanuli Utara, berhasil menyulap fermentasi kotoran kambing gembel.

Baca juga: Bercocok Tanam Ala Polisi Sekayu

Kotoran kambing tersebut ia jadikan pupuk organik cair di atas areal dua hektare lahan pertaniannya, di Desa Siborongborong II, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

Ia mengaku, dulunya ia belum selesai menyelesaikan perkuliahan di jurusan pertanian akibat permasalahan ekonomi.

Meski begitu, Manahasa pun mencoba terjun mengikuti pendaftaran anggota Bintara Polri, yang ternyata lolos dan diterima sebagai aparatur hukum.

"Itu sepenggal kisah hingga saya menjadi seorang Bhayangkara. Ada saat di mana mimpi tertundamu mendapatkan kesempatan kedua untuk diwujudkan. Setidaknya, itulah yang saya alami setelah gagal menjadi sarjana pertanian dengan penguasaan ilmu pengetahuan dalam membantu petani," ujar Manasa kepada ANTARA belum lama ini.

Pria kelahiran 1979 itu juga mengaku, impian terpendamnya untuk berkecimpung pada bidang pertanian.

Ia mengaku, dapat menerapkan terobosan semenjak bertemu dengan seorang akademisi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

"Beliau memaparkan soal terobosan untuk pemenuhan pupuk organik bagi petani melalui fermentasi kotoran lembu. Namun karena habitat hewan tersebut tidak cocok di wilayah Tapanuli, jenis kambing gembel sebagai hasil perkawinan silang domba dan kambing, justru menjadi pilihan tepat untuk dataran tinggi Tapanuli," katanya.

Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Selain itu juga dapat membantu meningkatkan produksi tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik, dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang.

Manahasa menambahkan, ia berhasil menghasilkan pupuk organik cair pada 2018 dengan melakukan proses fermentasi cairan urin dan feses padat kambing gembel yang dicampur dengan sulfur, urea, dan sejumlah bahan lainnya.

Ia mengungkapkan, proses fermentasi dilakukan dengan mengumpulkan cairan urin dan kotoran padat kambing yang dicampur sejumlah bahan dibiarkan tercampur sempurna selama 30 hari.

Dalam tiga wadah fermentasi yang dibangunnya, setiap wadah mampu menghasilkan 3.000 liter pupuk organik cair dalam satu bulan.

"Setiap bulannya, sembilan ribu liter pupuk organik cair dihasilkan dari proses fermentasi ini," ungkapnya.

Ia mengaku, pupuk organik cair 'Bhayangkara Jaya' hasil buatannya, saat ini masih dalam proses pengurusan izin merek.

Selain itu, produknya juga sudah mampu membantu ketersediaan pupuk organik bagi petani di luar Taput, seperti Tanah Karo, Dairi, Humbanghas, serta petani Taput di Kecamatan Garoga, Sipahutar, Siatasbarita, Parmonangan, dan Garoga.

Pupuk organik cair buatan Manahasa, bahkan dinilai mampu meningkatkan kandungan unsur hara yang diperlukan tanaman, meningkatkan produktivitas tanaman, merangsang pertumbuhan daun, batang, dan akar.

Baca juga: Akuaponik Bambu Ala Wakapolsek

Pupuknya juga dapat menyuburkan dan menggemburkan tanah, sehingga tanaman jeruk di areal pertaniannya mampu berbuah tanpa terputus.

"Tentunya, ini akan sangat membantu petani. Setiap sepuluh liter pupuk seharga Rp50.000. Untuk penggunaannya, setiap satu liter pupuk organik cair hasil fermentasi akan dicampur dengan 20 liter air, dan siap untuk digunakan. Semangat saya untuk membantu para petani melalui ketersediaan pupuk organik. Mari bertani kembali ke alam, dari alam, untuk alam, oleh alam," tutupnya.

Related News