Rahasia Pembibitan Alpukat Cipedak
“Tanahnya sama seperti di daerah-daerah, hanya saja campuran pada tanah ini yang harus kita optimalisasikan.”
JAKARTA - Memulai budidaya alpukat bisa dilakukan dengan memiliki tahapan pembibitan yang benar, salah satunya pada jenis alpukat cipedak.
Alpukat yang dikenal dengan sebutan buah asli Jakarta, khususnya daerah Jagakarsa ini, memiliki keunggulan yang tak kalah bagusnya dengan jenis alpukat-alpukat yang ada di berbagai wilayah Indonesia.
Selain memiliki keunggulan dari segi produktivitasnya yang tinggi, alpukat cipedak memiliki masa panen yang singkat dengan jangka waktu 3-4 tahun masa panen, serta karakteristik rasanya yang sangat kuat.
Baca juga: Alpukat Cipedak, Buah Unggulan Jakarta
Menurut Ahmad Fahrizal, petani muda Jakarta yang merupakan pemilik Kebun Bibit Alpukat Cipedak Tunas Muda, alpukat cipedak disukai oleh pasaran dilihat dari permintaannya yang tinggi, namun penyediaannya masih belum tercukupi.
Ia mengatakan, buahnya belum ada di Pasar Induk, sehingga hal ini membuat peluang usaha budidaya alpukat cipedak terbuka lebar.
Pria yang di akrab dipanggil Rizal itu pun menjelaskan tahapan pembibitan alpukat cipedak.
Pertama, perlu adanya selektif dalam memilih bibit alpukat yang akan ditanam.
Hal tersebut dapat dilihat seperti memilih biji-biji yang besar, biji yang cukup tua, dari mulai hari pertama hingga berlangsung selama 2 bulan.
“Setelah bibit sudah berusia 1-2 bulanan, kemudian yang kedua adalah bibit sudah siap masuk pada tahapan selanjutnya, yaitu melakukan sambung pucuk. Sambung pucuk ini adalah bibit yang sudah kita dapat dari persemaian, kita potong bagian atasnya kemudian kita ganti dengan tanaman yang sudah berusia 15-20 tahun atau yang sudah berbuah,” katanya saat ditemui di kebunnya di sekitar Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, oleh tim JagadTani.id belum lama ini.
Setelah tahapan sambung pucuk, Rizal juga menambahkan untuk melakukan sungkup pada tahapan sambung pucuk, agar mengurangi terjadinya penguapan.
Ia menyarankan, pada tahapan ini sebaiknya bibit diletakkan pada ruangan yang terbebas dari terpaan sinar matahari langsung.
Hal tersebut agar proses penyambungan bibit berjalan dengan lancar, sehingga penyatuan antara getah dari batang yang satu ke batang lainnya dapat tersambung.
“Setelah dua minggu sampai satu bulan pada tahapan sambung pucuk dan sudah cukup menyambung, kemudian kita bisa langsung letakkan bibit pada lahan yang terkena sinar matahari langsung. Nah, bibit yang berusia sekitar satu bulanan dari masa sambung pucuk pun sudah mulai tumbuh. Kemudian dirawat seperti disiram, diberikan pupuk, dan sebagainya,” jelasnya.
Pria berusia 32 tahun itu menambahkan, tanda-tanda bibit mulai sudah tumbuh dengan baik dapat dilihat dari sudah mulai tumbuh daun-daun muda yang banyak.
Baca juga: Memilih Bibit Alpukat yang Baik
Lalu pada usia 3-4 bulan, memiliki ciri daun yang sudah menua dengan permukaannya yang tebal dan keras.
Dengan menggunakan pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, serta pupuk kandang kelinci, ia mencampurkannya pada tanah dan kemudian difermentasikan menggunakan pupuk organik cair urin kelinci.
“Terakhir, rahasianya untuk mendapatkan bibit yang baik juga ada pada pemilihan media. Medianya itu harus baik. Tanahnya sama seperti di daerah-daerah, hanya saja campuran pada tanah ini yang harus kita optimalisasikan,” tutupnya.