Demi Mengembalikan Produktivitas Petani Sigi
“Tentunya pada waktunya nanti, akan meningkatkan kesejahteraan petani.”
SIGI - Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sulawesi Tengah, Nurmarjani Loulembah secara simbolis menyerahkan benih tanaman hortikultura kepada petani di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Bantuan benih sebanyak 13 jenis ini, berasal dari Peace Winds Japan (PWJ) untuk mendorong peningkatan ekonomi para petani pasca bencana.
Baca juga: Jeritan Hati Petani Sigi
Bantuan benih tersebut, diserahkan secara langsung kepada para petani di tiga desa.
Desa Maranata, Kecamatan Sigi Biromaru sebanyak 140 petani dengan luas lahan 150 hektare.
Lalu di Desa Sidondo 1, Kecamatan Sigi Biromaru sebanyak 44 petani dengan luas lahan 20 hektare.
Terakhir, di Desa Sibowi, Kecamatan Tanambulava sebanyak 22 petani dengan luas lahan 30 hektare.
"Untuk jenis-jenis benih yang kami salurkan, ada jagung, kacang tanah, cabai, terong, gambas, semangka, paria, kacang panjang, labu, tomat, bawang dan pepaya. Bantuan benih tanaman hortikultura ini, merupakan program recovery Aksi Cepat Tanggap bersama PWJ, untuk meningkatkan produktivitas petani. Tentunya pada waktunya nanti, akan meningkatkan kesejahteraan petani," ujarnya usai melakukan penyerahan benih di Desa Maranata, belum lama ini.
Wanita yang akrab disapa Nani ini mengungkapkan, penyaluran bantuan benih hortikultura tersebut, merupakan lanjutan dari Program Sumur Pertanian di sejumlah desa di Sigi.
Sebab, kata dia, bukan hanya terkendala air, para petani juga tak memiliki modal untuk mengolah lahan hingga tanam perdana
"Kita semua sudah tahu bahwa rusaknya Jaringan Irigasi Gumbasa akibat bencana 2018 lalu, membuat petani sangat menderita, mereka seketika tak memiliki pekerjaan. Sehingga, kami juga memberikan bantuan untuk pengolahan lahan beberapa waktu lalu. Nah sekarang yang petani butuhkan ialah bibit tanaman, makanya kami upayakan bersama PWJ," terangnya.
Nani berharap, dengan bantuan tersebut para petani bisa mencapai tujuan akhir, yaitu panen yang berlimpah dan panen yang barokah.
Sehingga, berkahnya dapat mengalir ke seluruh pihak yang telah membantu dan berpartisipasi.
"Semoga ikhtiar kami, untuk menggenjot sektor pangan tetap produktif dan berkembang tanpa hambatan. Terutama di masa pandemi ini, dampaknya begitu signifikan terhadap sektor ekonomi masyarakat prasejahtera," imbuhnya.
Selain itu, kebahagiaan petani begitu terasa.
Hal itu terpancar dari wajah para petani yang mendapat bantuan.
Arifin misalnya, anggota Kelompok Tani Sejahtera 1, Desa Maranata ini mengaku sangat bersyukur.
Sebab, ini merupakan momen tanam pertamanya setelah terjadinya bencana 2018 silam.
"Sejak gempa lalu, baru kali ini curah hujannya cukup tinggi. Memang setelah gempa baru kali ini baru bisa bertanam," ungkap Arifin.
Ia menceritakan, kekeringan akibat rusaknya Irigasi Gumbasa membuat sebagian petani banting setir menjadi buruh bangunan.
Baca juga: Bertani Kopi di Lahan Kritis
Bahkan, ada sebagian petani yang memilih hijrah ke daerah lain karena dorongan ekonomi.
"Kalau saya, sekitar satu tahun lebih menganggur. Beruntung satu tahun terakhir ada beberapa petak lahan di desa sebelah yang dikerjakan," tuturnya.
"Hanya memang saat ini kami masih membutuhkan sumur dangkal. Karena, masih ada sebagian petani yang belum bisa menggarap lahannya," tambahnya.