BPONIK, Penolong Petani Hidroponik
Alat yang satu ini mampu memudahkan pekerjaan para petani hidroponik.
YOGYAKARTA - Lahan pertanian yang semakin menyempit membuat banyak orang berinovasi dalam dunia pertanian. Salah satu upaya yang kerap ditempuh dalam mengatasi keterbatasan lahan adalah metode penanaman hidroponik. Meskipun menjadi solusi yang tepat bagi keterbatasan lahan dan air, namun tak dapat dipungkiri jika dalam penerapan sistem hidroponik diperlukan perawatan khusus. Sulitnya mengontrol suhu dan pH (tingkat keasaman) di dalam greenhouse menjadi tantangan tersendiri bagi para petani hidroponik.
Vernandi Yusuf, mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, mampu menciptakan sebuah alat yang mampu memudahkan pekerjaan para petani hidroponik. Bersama keempat kawannya, ia menciptakan sebuah alat pertanian yang berfungsi untuk mengatur suhu dari jarak jauh menggunakan sistem bluetooth bernama Bluetooth Monitoring dan Controlling Hidroponik atau yang bisa disebut BPONIK. Alat ini berfungsi sebagai penghubung antara smartphone (telepon pintar) petani dan kipas di dalam greenhouse.
Alat ini beroperasi menggunakan listrik. Terdapat komponen berupa LCD untuk menampilkan suhu, pH, dan kelembaban greenhouse yang dapat diakses melalui smartphone. Apabila suhu di dalam greenhouse mencapai lebih dari 30°C maka BPONIK akan secara otomatis menggerakkan kipas untuk menurunkan suhu di dalam greenhouse. Kelebihan lain dari alat ini begitu mudah dikendalikan dari jarak jauh dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan para petani.
Menurut Yusuf, BPONIK telah diuji coba oleh petani hidroponik Damar Hidrofarm, Magelang. Alat ini mendapatkan sambutan hangat dari para petani karena dinilai sangat membantu dengan harga lebih terjangkau daripada alat serupa yang diimpor dari luar negeri. Sebagai perbandingan, alat serupa yang diimpor dari Jepang mencapai harga Rp20-30 juta, sementara alat yang diciptakan Yusuf dan kawan-kawan hanya berkisar Rp10 juta.
Selain mendapatkan bantuan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sebesar Rp20 juta, BPONIK juga telah mendapatkan penghargaan Investor Pertanian Indonesia. Tidak hanya itu, alat yang telah dirancang sejak 2017 ini baru melaksanakan pameran di Bali, Palembang, hingga Malaysia.
“Responnya saat pameran sangat bagus, karena diluar sudah banyak menggunakan konsep hidroponik, sehingga dengan BPONIK harga beli lebih murah dan sangat membantu,”ungkap Yusuf. Dari penghargaan yang telah didapatkan membuat Yusuf beserta keempat kawannya bersemangat dalam mengembangkan BPONIK.
Nantinya, alat ini akan dikembangkan dengan memanfaatkan solar sel sehingga dapat memanfaatkan tenaga matahari. Selain itu, aksesbilitas BPONIK akan diperbaharui dan dapat diakses menggunakan website dan aplikasi dalam smartphone, sehingga tidak mengalami keterbatasan jarak akses. Mahasiswa teknik elektro yang begitu mencintai dunia pertanian ini berharap BPONIK dapat di produksi secara massal untuk membantu para petani hidroponik lokal dalam menghasilkan sayur dan buah-buahan berkualitas baik tanpa harus import. (MK)