“Di situlah koordinasi pertanian pada badan usaha yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum bisa diwadahi dalam kelembagaan ini.”
JAKARTA - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) University, yang juga Kepala Laboratorium Bagian Komunikasi dan Penyuluhan, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Prof Dr Sumardjo menyebut, pembentukan kelembagaan agribisnis yang saling menguntungkan dan berkelanjutan merupakan hal penting.
Baca juga: Perdana! Menanam Sagu di Merauke
Menurutnya, sistem kemitraan pada tiap rantai selalu terdapat masalah, terutama pada aspek sumber daya manusia (SDM).
SDM tersebut, menurutnya, merupakan hal yang penting sebagai faktor pelancar untuk perkembangan industri sagu yang berkelanjutan.
Hal tersebut, dapat diatasi salah satunya dengan memperhatikan kearifan lokal masyarakat adat dalam menumbuhkembangkan pengelolaan sagu.
Hal itu berfungsi untuk menumbuhkan local champion sebagai local leader serta forum media seperti kelompok tani, yang bisa menjadi jembatan terutama dengan mitra bisnis eksternal.
Selain itu, forum media juga bisa menjadi media kerja sama untuk memperkuat social capital dengan dibantu oleh human capital yang adaptif dan antisipatif, sebagai syarat pokok pembangunan pertanian.
Hal tersebut, juga dapat membantu masyarakat makin adaptif terhadap dinamika perubahan lingkungan strategis.
Akselerasi pengembangan human capital sendiri, menurutnya, bisa dilakukan dengan memanfaatkan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang dapat dimulai dari tingkat kecamatan.
Peran utama BPP ini nantinya sebagai pusat data dan informasi untuk pengelolaan sagu, konsultasi bisnis, hingga pusat pengembangan kemitraan.
Ada pula, pengembangan kelompok tani hingga menjadi bentuk kelembagaan ekonomi petani atau Badan Usaha Milik Petani (BUMP) yang penting untuk meningkatkan skala ekonomi, efisiensi usaha, dan posisi tawar.
“Di situlah koordinasi pertanian pada badan usaha yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum bisa diwadahi dalam kelembagaan ini,” jelasnya.
Di samping itu, dalam membangun usaha bersama mitra bisnis, terdapat tiga prinsip kunci kemitraan agribisnis yang harus diperhatikan.
Yaitu, prinsip kesetaraan, keterbukaan, dan azas manfaat bersama.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan kunci keberhasilan dari bermitra.
Baca juga: Potensi Sagu untuk Ketahanan Pangan
“Nah, bagaimana indikator keberhasilan kemitraan kelembagaan agribisnis sagu ini? Dari aspek input? Ada tidak kesepakatan bermitra? Ada tidak sumber daya kemitraan? Ada tidak perencanaan dokumennya, begitu, yang telah disepakati dalam proses kemitraan tadi,” pungkasnya.
Pola kemitraan yang terintegrasi dari hulu ke hilir, menurutnya, juga merupakan hal yang krusial.
Hal itu karena, sering terjadi pemutusan kerja sama sepihak bila persiapannya tidak matang.