• 22 November 2024

Seluk Beluk Bisnis Belut Rawa

uploads/news/2020/08/seluk-beluk-bisnis-belut-80720187d4c42d9.jpg

Tidak seperti bulan Agustus tahun kemarin. Tapi, saya bersyukur alhamdulillah. Ya penghasilan cukuplah untuk keluarga.”

BOGOR - Belut rawa (Sybranchus bengalensis Mc. Clell) merupakan salah satu ikan konsumsi air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Jumlah yang terbatas, mendasari tingginya harga hewan berkulit licin ini.

Belut rawa sendiri banyak dikonsumsi, karena mengandung gizi berupa protein dan dapat diolah menjadi berbagai makanan yang menggugah selara dan memiliki daging sangat lezat.

Baca juga: Kabupaten Bogor Genjot Produksi Padi

Jamil Jaelani, penjual belut rawa mengungkapkan, sejauh ini harga belut rawa terbilang masih relatif stabil di pasaran.

Di lapaknya, ia menjual belut rawa seharga Rp135.000 per kilogram. 

Warga Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat ini setiap harinya menjajakan belut rawa dengan mangkal di kawasan Jalan Raya Cifor. 

Belut rawa yang dijajakannya, berasal dari alam liar yang ditangkap oleh para pencari belut di sejumlah wilayah Jabodetabek.

Jami mengungkapkan, skema bisnis yang ia lakukan dengan cara beli putus. 

"Ini hasil alam. Jadi beli putus. Saya menampung saja dari mereka (pencari belut)," kata Jamil yang sudah 10 tahun lebih menggeluti bisnis belut rawa kepada JagadTani.id, belum lama ini.

Jamil sendiri berkeinginan untuk membudidayakan belut.

Hanya saja, ia terbentur dengan keterbatasan lahan di kediamannya, begitu juga indukan belut rawa.

Sebab, untuk membudidayakannya, indukan belut harus berasal hasil budidaya bukan dari alam. 

Memang, kata Jamil, apabila belut rawa ini jumlahnya melimpah tidak terbatas, dapat dipasarkan secara luas lagi secara online.

Terlebih, untuk ketersediaan belut rawa saat memasuki musim kemarau pasokan berkurang. 

"Kalau lagi musim hujan, lumayan. Jadi saya juga tergantung adanya barang (belut). Cuaca sangat berpengaruh. Ya, paling banyak rata-rata tiga kilogram dari pencari belut," ujar Jamil. 

Untuk menjaga kualitas belut agar tetap segar dan tak mudah stres, Jamil melakukan proses yang disebut karantina terlebih dulu dalam beberapa hari sebelum dijual. 

"Saya juga suka sarankan untuk diberi es batu, agar belut rileks sampai ke tujuan. Karena, kebanyakan pembeli di sini berasal dari luar kota Bogor. Apalagi hari Sabtu dan Minggu," imbuhnya.

Namun diakuinya, untuk daya beli saat ini merosot saat pandemi COVID-19.

Baca juga: Potensi Tinggi Budidaya Ikan Sidat

Padahal, pada Agustus tahun lalu, ia biasanya dapat menjual 35 kilogram belut setiap hari.

Sedangkan saat ini, ia hanya mampu menjual 10 kilogram. 

"Jauh banget. Tidak seperti bulan Agustus tahun kemarin. Tapi, saya bersyukur alhamdulillah. Ya penghasilan cukuplah untuk keluarga," ucap bapak dua anak itu.

Related News