• 25 April 2024

Sulawesi Tenggara Tuan Rumah HPS 2019

uploads/news/2019/10/sulawesi-utara-tuan-rumah-2183267747b83cb.jpg

Pemerintah ingin mendorong kembali kejayaan kakao Indonesia lewat peringatan Hari Pangan Sedunia.

KENDARI - Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto memastikan peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) akan dipusatkan di dua wilayah Sulawesi Tenggara, yaitu Kabupaten Kendari dan Konawe Selatan. Rangkaian acara tersebut akan berlangsung pada 2-5 November 2019 mendatang.

“Kedua kabupaten itu sengaja kami pilih sebagai tempat gelaran teknologi budidaya kakao milik rakyat, terutama yang berkaitan dengan komoditas kakao. Di sana kita akan mendorong kembali kejayaan kakao Indonesia,” ujar Prihasto yang juga Ketua Pelaksana HPS 2019 saat melakukan pengecekan lokasi di Desa Pudambu, Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan, Kamis (17/10) dalam keterangan tertulis.

Prihasto juga mengatakan jika acara ini diperkirakan akan dihadiri lebih dari 10 ribu orang, 50 orang diantaranya merupakan para duta besar negara sahabat. Mereka akan hadir dan menyaksikan parade pertanian dan kecanggihan mekanisasi Indonesia.

“Pemanfaatan teknologi ini sejalan dengan tema nasional yang mengusung ‘Teknologi Industri Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia.’ Kami juga akan memamerkan paket mesin pengolahan kakao yang terdiri dari mesin sangrai, pengupas kulit, alat press, pelembut, pengayak, dan penghalus bubuk coklat,” jelasnya.

Sekedar info saja, Sulawesi Tenggara sendiri memiliki lahan kebun kakao hingga 257.789 hektare. Lahan itu terdiri dari 42.229 hektare kakao belum menghasilkan (TBM), 135.831 hektare tanaman menghasilkan (TM) dan 79.729 hektare tanaman kakao tidak menghasilkan atau rusak.

“Luas perkebunan milik rakyat di Kecamatan Angata ada 800 hektare yang digarap dengan menggunakan teknologi sambung samping. Jadi, pada saat musim kemarau pun petani masih bisa panen, bahkan sekarang ini sudah terlihat buah kakaonya. Semoga November ini petani sudah siap panen. Ini off season ya. Kakao ini biasanya panen di Juni,” katanya.

Sementara itu, peneliti utama dari Balai Besar Pasca Panen Kementerian Pertanian, Hernani, menjelaskan jika peringatan HPS nanti juga akan dimanfaatkan untuk membangkitkan kejayaan sagu sebagai komoditas karbohidrat pangan di masa depan.

“Harus kita bumikan kembali karena sagu adalah sumber karbohidrat. Tanaman ini juga menjadi tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim sehingga bisa dijadikan program jangka panjang untuk masa depan,” kata Hernani.

Hernani juga menjelaskan, berdasarkan skenario perubahan iklim dunia di 2050-2100, maka ke depannya negara-negara besar akan mengalami suhu kenaikan suhu hingga 3o C. Karena itu, jika mengaju pada kajian International Rice Research Institute (IRRI) di 2006, tiap kenaikan 1o C akan menyebabkan penurunan padi hingga 8%.

“Namun hal ini sama sekali tidak berpengaruh kepada komoditas sagu. Tapi, kita perlu perhatikan teknologi pasca panennya karena sagu sangat potensial. Sagu yang ada di Papua, Maluku, Sumatera dan kalimantan itu luar biasa. Nanti saat diplomatic tour akan kami ajak berkunjung. Indonesia kaya akan aneka macam panganan sagu. Ini adalah kearifan lokal yang kita miliki, prospektif dan akan kami tampilkan sebagai sajian,” jelasnya.

Penanggung jawab Sekretaris Provinsi Sulawesi Tenggara, La Ode Mustari pun mengapresiasi persiapan dan kesiapan peringatan HPS 2019 mendatang. Kata dia, pemerintah terlihat serius dan detail merinci setiap susunan acara.

“Tentu kita berharap melalui kegiatan ini semua produksi komoditas pangan meningkat signifikan. Pada prisnsipnya kita sudah siap menyambut para tamu. Mulai dari pameran hingga kuliner sagu. Kami akan tampilkan aneka panganan lokal seperti sinonggi, palumara, kapurung dan sebagainya,” pungkasnya.

Related News