Mengenal Jasa Panen Bawang Merah
Jasa panen bawang merah ini ditawarkan kepada penduduk desa, yang sebelumnya ikut menanam bawang merah di lahan tersebut, karena dianggap lebih mengenal lahan tanamnya.
MALANG - Jumlah hasil panen bawang merah yang beragam, ditentukan oleh luas lahan, selain tingkat kesuburan tanah dan pengairan yang apik.
Seperti di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, setiap petaninya memiliki luas lahan yang berbeda.
Baca juga: Mengenal Sigiran, Jemuran Bawang Merah
Hal ini tentu saja mempengaruhi tenaga yang diperlukan saat panen tiba.
Di Kecamatan Ngantang khususnya, terdapat jasa yang hanya ada saat panen raya.
Jasa panen bawang merah ini ditawarkan kepada penduduk desa, yang sebelumnya ikut menanam bawang merah di lahan tersebut, karena dianggap lebih mengenal lahan tanamnya.
Pelaku jasa ini berasal dari berbagai usia dan gender, dari umur 20 tahunan hingga lansia.
“Saya tugasnya mencabut bawang, nanti ditumpuk di pinggir sawah. Nalen (mengikat) brambang untuk disigir, nanti kalau sudah selesai dimasukkan ke karung. Tapi saya tidak ikut masukkan ke karung. Abot (berat). Biar yang muda-muda yang masukkan bawangnya ke karung. Nanti sudah sampai sigiran, saya bantu lagi,” jelas Tien (85), yang telah menekuni bidang jasa ini sejak usianya masih muda.
Jasa panen bawang ini bekerja sejak 06.00 WIB hingga 11.00 WIB.
Upahnya juga dihitung per hari, dengan hitungan, jasa per hari termasuk makan pagi dan kopi yang diantar ke sawah, maka per orang mendapat upah Rp22.000-25.000.
Sementara jika memilih tanpa jatah makan, maka upahnya ditambah Rp5.000.
Di luar nominal tersebut, per orang mendapatkan jatah bawang merah tiga ikat atau kurang lebih 5-6 kilogram.
“Cuma nalen, ya tidak sulit. Daripada di rumah thok (saja), badanku malah loro (sakit),” sahut Tien saat ditanya kesulitan menjadi pelaku jasa panen di usia senja.
Jika pelaku jasa panen juga memiliki sawah bawang untuk dipanen, biasanya akan dikerjakan langsung setelah selesai membantu milik orang lain atau pada siang hari sekitar pukul 14.00 WIB, hingga sebelum matahari terbenam.
“Mesti Mak Tien yang saya cari duluan untuk panenan. Soalnya kerjanya teliti, rapi, cekatan walaupun sudah sepuh. Kalau tidak teliti, nanti ikatan bawangnya jadi longgar terus jatuh-jatuh. Apalagi pas musim hujan. Kalau ikatannya tidak bagus, jatuh jadi busuk. Tidak bisa dijual,” ujar Suntori (64), pemilik sawah bawang merah yang selalu menggunakan jasa panen.
Baca juga: Persiapan Menyambut Panen Raya Brambang
Dalam sekali panen, Suntori biasanya menghasilkan paling tidak 4 kuintal.
Seperti panen kali ini, ia memperkirakan hasilnya mencapai 5-6 kuintal dari luas sekitar 500 meter persegi.