Suka Duka Panen Raya Brambang
“Mahal atau murah sudah biasa kami hadapi. Semua rezeki sudah diatur Tuhan, kita tinggal jalani saja.”
MALANG - Panen raya bawang merah telah tiba di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur!
Kabar ini selalu dinanti petani bawang.
Sigiran (jemuran bawang) pun mulai penuh sampai ke tingkat paling atas dan menghiasi pinggiran jalan utama desa.
Baca juga: Dilema Hadirnya Bawang Merah Impor
“Panen ini saya bisa setor agak banyak, kurang lebih 7 kuintal. Sekarang hari pertama panen brambang (bawang merah) dibantu keluarga. Ada anak, keponakan, dan sepupu-sepupu. Nanti habis ini, ditaruh ke karung, dibawa pakai motor, baru disigir (dijemur) di depan rumah,” ujar Wito, petani bawang asal Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur, saat ditemui di kebunnya belum lama ini.
Sejak pandemi COVID-19, persaingan harga bawang lokal dan impor menjadi buah bibir diantara petani bawang di desa ini dan memang tidak bisa dihindarkan.
Diantara informasi harga jual bawang yang terus menurun, Wito justru bersyukur masih bisa merasakan panen dan menjualnya ke pengepul di Kota Blitar dengan harga Rp8.300 per kilogram.
“Mahal atau murah sudah biasa kami hadapi. Semua rezeki sudah diatur Tuhan, kita tinggal jalani saja,” jawabnya sambil tersenyum tenang saat ditanya mengenai strategi yang dilakukan saat menghadapi harga jual saat ini.
Bukan Hanya Panen Bawang Merah
Bersebelahan dengan sawah milik Wito, sawah milik Agus juga sedang panen, namun bukan panen bawang merah.
Melainkan tanaman tumpang sari sawi putih yang telah ia tanam selama sebulan di luar hari setelah tanam (HST).
Karena membuat benih sawi putihnya sendiri, Agus pun menghabiskan 42 hari dari membuat bibit, hingga panen.
“Ini bibitnya buat sendiri. Nanti kalau sudah agak tinggi sekitar sepanjang telunjuk, baru dipindahkan untuk ditanam di kebun. Setiap pagi dan sore saya siram, sekali-kali dikasih obat biar bagus hasilnya. Biar tidak ada ulatnya. Merawat sawi putih ini tidak sulit, tidak seperti brambang yang harus disiram sebelum subuh,” jelasnya.
Baca juga: Persiapan Menyambut Panen Raya Brambang
Sementara itu, pemilik kebun tomat justru gagal panen kali ini.
Seperti Didik, yang memilih menjadi jasa panen di sawah milik Wito ketimbang memanen tomat di kebun miliknya.
“Harga tomat jatuh. Satu kilogram hanya Rp1.000. Belum kalau belinya borongan, paling Rp900 per kilogram. Tidak menutup modal. Mendingan saya ikut panen brambang saja, dapat uang sama brambang. Tomat saya juga baru mulai tumbuh, jadi belum sempat dibelikan obat. Ruginya belum banyak. Itu kalau mau tomat silahkan diambil saja. Gratis,” pungkasnya sambil menumpuk ikatan-ikatan bawang ke tepi sawah.