Kopi merapi menggunakan pupuk organik agar semua orang yang menikmatinya tetap sehat.
YOGYAKARTA - Namanya Kasno, lelaki berumur 64 tahun ini merupakan salah satu petani kopi merapi di Sleman, Yogyakarta. Kasno mulai mengembangkan kembali kopi merapi pasca erupsi pada 2010. Ia bercerita jika saat itu tiba-tiba ada bibit kopi di dekat rumahnya, Kasno pun membawa pulang bibit tersebut, dan menanamnya di pekarangan rumah. Ketika JagadTani.id dipersilakan untuk melihat kebun kopi miliknya, sembari berkeliling kebun seluas 5.000 m2 ini, saat itu juga Kasno berbagi pengalamannya dalam membudidayakan kopi merapi.
Dalam budidaya kopi merapi, Kasno sepenuhnya menggunakan pupuk organik. Tidak ada sedikit pun campuran bahan-bahan kimia pada pupuknya. Bahannya menggunakan kotoran lembu peliharaannya sendiri yang difermentasikan dan dicampur menggunakan EM4. Kemudian ditimbun dan ditutup selama satu bulan untuk proses penghancuran. Pemilihan pupuk organik ini agar semua orang yang minum kopi merapi tetap sehat karena tidak terkontaminasi dengan bahan kimia. Kasno pun sudah menggunakan bahan-bahan organik sejak awal menanam yaitu sebelum pasca erupsi dan terbukti hasil panennya pun juga bagus.
Biasanya, kopi merapi dapat dipanen selama tiga kali dalam dua tahun. Karena, Kopi Merapi membutuhkan waktu 7 bulan dari bunga, sampai muncul biji merah siap panen. Untuk hasil kopi berkualitas berasal dari biji yang sudah benar-benar merah. Kasno menggunakan tiga macam proses pengolahan pasca panen, yaitu full wash, honey, dan natural. Full wash atau yang juga dikenal dengan sebutan wet process (proses basah). Umumnya, proses ini bertujuan untuk menghilangkan semua kulit-kulit daging yang melekat pada biji kopi sebelum dikeringkan.
Maka, setelah dikupas, biji kopi kemudian dicuci dan direndam selama 36 jam. Perendaman hanya menggunakan air biasa dan setiap 8 jam sekali, air tersebut diganti dengan yang baru. Setelah itu, baru ditiriskan dan dijemur kurang lebih seminggu tergantung kondisi cuaca. Selanjutnya, proses pengolahan honey. Untuk proses ini umumnya digunakan di banyak negara-negara Amerika Tengah seperti Kosta Rika dan El Salvador.
Namun, belakangan proses ini semakin populer di Indonesia. Pada proses honey, setelah dikupas biji kopi langsung dijemur beserta madunya selama 10-12 hari. Kemudian yang terakhir adalah proses pengolahan natural. Proses natural ini juga dikenal dengan dry process (proses kering). Proses ini termasuk teknik paling tua yang ada dalam sejarah proses pengolahan kopi. Nah, untuk pengolahan secara natural biji kopi tidak dikupas dan langsung dijemur beserta kulitnya sampai kering. Biasanya membutuhkan waktu hampir sebulan. Dari ketiga proses ini terdapat perbedaan pada rasa kopi ketika disajikan. Kopi dengan proses full wash akan lebih terasa rasa asli kopinya. Proses honey akan menghasilkan rasa manis dan asam. Sedangkan dengan proses natural, rasa kopi akan lebih pahit. Dari segi green bean (biji kopi yang telah dipanggang), proses full wash akan meghasilkan green bean berwarna kehijauan, sedangkan honey dan natural warnanya lebih kekuning-kuningan.
Dalam pemasarannya, Kasno menjual dalam bentuk biji kopi yang sudah di-roasting dengan harga Rp400.000/kilo. Untuk memuaskan pembeli, Kasno juga siap menggiling kopi jika ada yang ingin dalam bentuk bubuk. Pembelinya pun sudah berasal dari berbagai negara.
“Wisatawan dari Jerman, Australia, Prancis, Jepang, Korea, Amerika banyak yang kesini,” ujarnya sembari tertawa.
Setelah puas berkeliling di kebun kopi merapi, JagadTani.id juga berkesempatan untuk melihat greenhouse yang Kasno gunakan untuk menjemur kopi yang sudah dipanen. Kasno membangun greenhouse di atas puing-puing bekas rumahnya yang telah hancur paska erupsi Merapi. Greenhouse ini berfungsi agar lebih memudahkan saat perawatan kopi merapi. Selain itu, menurut Kasno rasa kopi merapi yang dijemur di dalam greenhouse jauh lebih nikmat dibandingkan dengan dijemur di atas tanah. Kasno juga tidak pelit berbagi tips agar berhasil dalam budidaya Kopi Merapi.
Pertama, persiapkan lahan minimal tiga bulan sebelum tanam. Lalu, buat lubang dengan ukuran 60x60x60 cm. Setelah itu, bagilah lubang tanam menjadi dua. Isi lubang tanam dengan daun-daun kering dan pupuk kompos sedalam 30 cm. Setelah tiga bulan barulah bibit bisa ditanam di dalam lubang. Pilihlah bibit dari biji kopi yang tumbuh di ranting bagian tengah. Pilih juga biji yang tidak ada penyakit dengan satu cherry berisi dua biji kopi. Semai biji kopi diatas tanah yang gembur dengan jarak 10cm.
Setelah dua bulan akan tumbuh batang dan daun. Pilih batang-batang yang lurus kemudian pindahkan ke polybag selama 6 bulan. Bibit pun siap ditanam. Gunakan pupuk organik secara rutin selama tiga bulan sekali. Jika pohon sudah mulai besar, pemupukan bisa dilakukan selama 6 bulan sekali. Gunakan bahan-bahan alami seperti campuran bawang putih dan cabai sebagai pestisida. Pengairan juga dilakukan secara kondisional melihat keadaan cuaca. (MK)