“Apel ini bagus dibudidaya, progresnya bagus saya rasa untuk Nimbokrang. Ini bisa jadi buah unggulan selain jeruk.”
JAYAPURA - Pohon apel biasanya hanya mampu tumbuh subur dan berbuah di wilayah dataran tinggi, atau daerah dengan suhu yang cukup dingin.
Di Indonesia, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, merupakan salah satu penghasil apel yang sangat terkenal di nusantara. Kamis (17/9/2020).
Lalu, bagaimana dengan wilayah dataran rendah, atau dengan suhu yang relatif panas, seperti di wilayah Papua, khususnya di Kabupaten Jayapura?
Apakah pohon apel bisa tumbuh dan berbuah?
Baca juga: Persiapan Jayapura Hadapi PON 2021
Jawabannya bisa, bahkan sangat subur dengan buah yang menjuntai di beberapa lokasi lahan warga Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura.
Semua itu berkat jasa Sugiono, petani binaan bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Bhabinkamtibmas) Distrik Nimbokrang, Brigadir Polisi (Brigpol) Yoyong Kuncoro.
Walau usia tanamannya baru mencapai dua bulan, namun ia berhasil menanam pohon apel putsa atau yang juga terkenal dengan apel india (Ziziphus mauritiana) di lahan garapannya.
Apel putsa sendiri merupakan apel asli yang berasal India, yang berhasil dibudidayakan pada 2006 silam di Indonesia.
Di daerah asalnya, di India, pohon apel ini mampu hidup meski hanya menyisakan seutas akar.
Namun Jika diperhatikan, pohon apel milik Sugiono tampak tidak seperti pohon apel kebanyakan dan lebih mirip pohon Bidara.
Benar saja, Sugiono pun mengaku, jika apel putsa miliknya merupakan hasil perkawinan silang antara pohon apel dengan pohon Bidara, sehingga bisa ditanam dan tumbuh subur di daerah panas.
Sugiono mengaku, ia membeli bibit apel dari seorang distributor bibit di Distrik Arso 4, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua.
bibit apel Putsa yang ditanamnya dibeli dari seorang distributor bibit di Arso 4 Kabupaten Keerom.
"Ini apel kawin silang. Ya mirip bidara, namun berbuah sangat manis dan gurih. Saya belinya dari rekan di Arso 4. Bibit sudah dalam polybag dan siap tanam,"kata Sugiono kepada Jagadtani.id, Kamis (17/9) kemarin.
Terkait perawatan, diakuinya apel putsa tidak terlalu membutuhkan perawatan ekstra.
Ia hanya melakukan pemupukan organik dan penyemprotan buah saat berbuah.
"Kendala utama apel ini adalah serangan lalat buah. Jadi, kalau sudah buah baru dilakukan penyompratan. Memang ada pupuk-pupuk yang diberikan selain pupuk organik. Semisal KCL (Kalium Clorida), KNO (Kalium Nitrogen), termasuk TSP (Triple Super Phospat), dan NPK (Nitrogen, Phospat , Kalium) itu biasa kita gunakan, itu pun tidak harus rutin," jelasnya.
Menurutnya, bila warga Distrik Nimbokrang serius membudidayakan apel putsa, maka apel tersebut bisa menjadi salah satu unggulan dari agrowisata di distrik tersebut.
"Apel ini bagus dibudidaya, progresnya bagus saya rasa untuk Nimbokrang. Ini bisa jadi buah unggulan selain jeruk,"katanya.
Ia mengatakan, untuk usia panen, pohon apel putsa tergolong cepat.
Di usia tanam enam bulan, pohon mampu berbuah dan beberapa bahkan sudah bisa dipanen.
Pemberian pupuk buah juga berpengaruh pada ukuran buah apel, dari ukuran standar atau sebesar telur ayam kampung, ia mampu tumbuh hingga sebesar apel malang.
"Saya ini tanam sudah delapan bulan usianya. Tinggi sekitar 1,5 meter, di usia enam bulan kemarin sudah panen dan pemberian pupuk cukup berpengaruh pada besaran buah dan rasa buah. Tanaman ini bisa ditanami dengan media tanam kecil, seperti pot," jelasnya.
Dirinya pun berharap adanya bantuan Pemerintah Kabupaten Jayapura terkait pemasaran hasil panen warga.
Karena hingga saat ini, penjualan hasil panen masih berkisar di warga Nimbokrang dan sekitarnya.
Meski kadang panen melimpah, namun akibat mahalnya biaya distribusi hingga penjualan yang menyebabkan apel tersebut tidak sampai ke kota.
Dirinya juga meminta bantuan pengairan untuk pertanian warga.
Pasalnya di Distrik Nimbokrang, pertanian hanya mengandalkan tadah hujan.
"Kendala kita itu, pemasaran dan pengairan. Harapan kami pemerintah bisa turut memikirkan ini," harapnya.
Senada dengan Sugiono, Babinkamtibmas Kampung Nimbokrang, Brigpol Yoyong Kuncoro juga meminta bantuan dari pemerintah untuk pembuatan embung atau tampungan air di sekitar lokasi lahan warga.
"Kalau ada embung maka akan lebih bagus lagi. Jadi, pengairan tidak tergantung pada air hujan saja. Saat tidak musim hujan pertanian warga aman. Tanaman yang ada ini bisa disiram dengan air itu,"ucapnya.
Baca juga: Manfaat Papeda untuk Pasien COVID-19
Ia mengakui, geliat pertanian warga di Nimbokrang mulai nampak beberapa tahun terakhir.
Hal ini, tentunya menjadi angin segar bagi bangkitnya Nimbokrang sebagai kampung lumbung pangan.
Konsep agrowisata pun menjadi agenda yang harus terus diperjuangkan semua pihak agar bisa terwujud.
"Semua harus mendukung. Termasuk pihak adat, dengan begitu keinginan kita untuk membangkitkan pertanian di kampung ini bisa terwujud. Kami dari Polsek Nimbokrang bersama Babinsa Nimboran siap mengawal pertanian semampu kami. Agrowisata Nimbokrang harus bisa terwujud," pungkasnya.