• 22 November 2024

Berburu Kepiting ala Tradisi Balobe

Kadang-kadang juga sampai pukul 01.00 malam, karena sekarang air laut susah diprediksi, mungkin pengarus pemanasan global.”

PARIGI MOUTONG - Hutan magrove atau bakau, merupakan ekosistem yang sangat produktif.

Hampir sama manfaatnya dengan terumbu karang, bakau begitu menunjang keberlangsungan hidup bagi kehidupan biota laut, sehingga bermanfaat bagi warga sekitar.

Baca juga: Sulawesi Tengah Kembali Mengekspor Jagung

Hutan bakau pun menjadi lokasi favorit warga Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, untuk menangkap biota laut seperti kepiting dan ikan.

Namun, perburuan kepiting bakau yang dilakukan warga setempat ini sangat berbeda.

Jika biasanya di daerah bagian barat berburu kepiting di pagi atau siang hari, para pemuda setempat lebih memilih untuk berburu pada malam hari.

Tradisi berburu ikan di kegelapan malam ini disebut 'balobe'.

Bahkan, kearifan lokal ini sudah turun temurun dilakukan oleh masyarakat.

Bukan hanya para nelayan, namun juga kerap dilakukan oleh mereka yang tinggalnya jauh dari bibir pantai.

Balobe, hanya dilakukan pada malam hari saat ketiga cahaya bulan tidak nampak.

Waktunya pun harus dilakukan di atas pukul 22.00 malam, karena menunggu air laut surut.

"Kadang-kadang juga sampai pukul 01.00 malam, karena sekarang air laut susah diprediksi, mungkin pengarus pemanasan global," kata salah satu pencari kepiting, Muhammad Mizwar belum lama ini.

Mizwar sendiri bukan nelayan, namun kegiatan ini sangat menarik bagi dia dan teman-temannya.

Karena selain mendapatkan hasil, juga mempertahankan kearifan lokal.

Alat yang digunakan pun cukup sederhana, hanya bermodalkan tombak dan senter kepala.

Ada pula balobe dengan menggunakan perahu dan lampu petromax, jika menangkap ikan di kedalaman satu meter.

"Kebanyakan balobe seperti itu memang asli para nelayan, kalau kita kan hanya hobi sebagai pengisi waktu luang," ujarnya.

Meski menggunakan dengan alat yang sederhana, namun cahaya senter harus benar-benar terang dan menembus air, jika tidak, akan sulit melihat buruan.

Begitu pun dengan tombak yang digunakan, harus benar-benar tajam dan memiliki pengait seperti mata pancing, agar buruan tidak mudah lepas.

Karena asyiknya kegiatan ini, balobe biasanya dilakukan hingga 03.00 dini hari.

Tak terasa, para pemburu ikan juga sudah berjalan cukup jauh.

Sayangnya, kearifan lokal ini mulai jarang dilakukan.

Baca juga: Belajar Membuat Hidroponik Sederhana

Mizwar yang juga merupakan pemerhati lingkungan di Kabupaten Parigi Moutong belum mengetahui penyebabnya.

Untuk itu, ia bersama pemerhati lingkungan lain terus berupaya melestarikan hutan bakau dan memperluas lahan bagi kehidupan biota laut.

"Mimpi kami cukup sederhana sebenarnya, selain secara luas ingin menyelamatkan lingkungan abrasi, menambah konsumsi oksigen bagi manusia juga untuk mengembalikan kearifan lokal 'balobe' ini," pungkasnya.

Related News