“Padahal tempurung kelapa memiliki kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan sumber karbon yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan pestisida asap cair.”
JAKARTA - Inovasi dan ide-ide biasanya dapat muncul dimulai dari keadaan lingkungan sekitar.
Salah satunya seperti yang dilakukan sejumlah mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB), Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.
Wakhidatul Fitriyah bersama empat temannya, Maulana A'inul Yaqin, Bakti Pertiwi Purnama Sari, Yohana Christine Tiurma Manurung, dan Muhammad Usman Sihab, berhasil menyulap limbah tempurung kelapa yang menggunung di Desa Sutojayan, Kabupaten Blitar, menjadi pestisida.
Baca juga: Gratieks Sasar Kampung Kelapa, Makaling
"Padahal tempurung kelapa memiliki kandungan lignin, selulosa, hemiselulosa dan sumber karbon yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan pestisida asap cair," ujar Wakhidatul, salah satu perwakilan Tim FTP UB kepada ANTARA belum lama ini.
Mereka mengungkapkan, sengaja memilih limbah batok kelapa di Desa Sutojayan, Kabupaten Blitar.
Wilayah ini dikenal dengan lahan pertaniannya yang luas, serta jumlah tanaman pohon kelapanya yang tak terhitung.
"Wilayah ini juga jumlah pohon kelapanya melimpah," ungkapnya.
Limbah tempurung kelapa di Desa Sutojayan, diakuinya, dapat mencapai 15 ton per tahun.
Sayangnya, masyarakat setempat belum memaksimalkan limbah tempurung kelapa untuk diolah dan dimanfaatkan dalam bidang pertanian.
Sebagian masyarakat hanya memanfaatkannya sebagai kerajinan tangan, bahan bakar gamping, dan sisanya dibuang ke tempat pembuangan limbah.
Wakhidatul juga menjelaskan, tempurung atau batok kelapa memiliki banyak kandungan yang tepat untuk dijadikan bahan pembuatan pestisida.
Kandungan-kandungan tersebut antara lain, lignin, selulosa, hemiselulosa, dan sumber karbon.
Zat-zat tersebut dinilai dapat dijadikan bahan baku pembuatan asap cair.
Untuk itu, Wakhidatul bersama keempat temannya melakukan program sosialisasi dan pelatihan secara bertahap kepada warga Desa Sutojayan.
Program pelatihan ini mereka namakan LIKE-TOK dan dilakukan secara daring.
Kegiatan ini memberikan edukasi, serta pemahaman tentang pembuatan asap cair dari tempurung kelapa.
Tak hanya itu, program ini diharapkan mampu membantu permasalahan limbah organik yang ada di Desa Sutojayan, khususnya mengenai limbah tempurung kelapa.
Selain itu, demi menciptakan kelompok tani yang mandiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada program tersebut, tim LIKE-TOK menjelaskan cara membuat pestisida cair dari tempurung kelapa yang sudah kering.
Prosesnya dilakukan dengan alat pirolisis.
Alat ini membantu proses pembakaran tempurung atau batok kelapa dengan suhu kurang lebih 400 derajat celsius selama tiga sampai enam jam.
Baca juga: Minyak Kelapa Tingkatkan Imunitas Tubuh
Setelah proses pembakaran, akan terjadi tahap penyulingan atau destilasi.
Selanjutnya, bahan berada di fase proses pengembunan atau kondensasi.
"Lalu terbentuklah asap cair. Asap cair ini nantinya akan digunakan untuk bahan pestisida," tutupnya.