“Pohon tin ini tidak ada musimnya, seperti durian maupun mangga. Jadi, sepanjang ada cabang baru akan berbuah.”
BOGOR - Tin, merupakan salah satu buah yang disebutkan di dalam Al-Quran, khususnya di surat At-Tin.
Tin banyak ditemukan tumbuh di Asia bagian barat dan sudah banyak dibudidayakan di Indonesia, tak terkecuali di Kota Bogor, tepatnya di Garden of Prospective Agriculture.
Baca juga: Pompa Air Penyelamat Petani Bogor
Rana Wijaya, sang pemilik kebun menyebut, ia mengembangkan budidaya tin dengan teknik penyambungan atau grafting.
Teknik ini merupakan pengembangan dari budidaya sebelumnya, yaitu teknik cangkok.
"Saya mulai tanam tin di tanah pada 2012. Tapi ada persoalan, akar pohon tin tidak kuat dengan kondisi tanah liat basah bekas lahan sawah. Nah, yang sekarang dicoba teknik grafting, sudah berlangsung delapan bulan," kata Rana kepada Jagadtani.id, Selasa (22/9) kemarin.
Dalam teknik tersebut, ia memanfaatkan pohon loa asli Indonesia untuk batang bawah.
Sedangkan batang atas disambungkan dengan pohon tin varietas negrone.
Dipilihnya pohon loa atau Ficus racemosa, karena memiliki akar cukup kuat di tanah.
"Pohon loa ini akarnya cukup kuat di tanah sehingga daya serap nutrisi lebih ke batang atas. Pohon loa ini juga cukup kompak dengan pohon tin karena jenisnya masih satu keluarga Moraceae" terangnya.
Rana mengatakan, pohon tin memiliki keunikan tersendiri karena dapat berbuah cepat dan tanpa mengenal musim.
Terutama tin dari varietas negrone, yang sudah matang dan dapat dipanen setelah memasuki usia masa tanam lima bulan.
"Pohon tin ini tidak ada musimnya, seperti durian maupun mangga. Jadi, sepanjang ada cabang baru akan berbuah. Nah, untuk negrone akan mulai terlihat bintik buah saat usia tanam tiga bulan, dan buahnya baru boleh dipetik di usia lima bulan. Jadi cepat," paparnya.
Ia mengungkapkan, budidaya tin tidak terlalu sulit dalam perawatannya.
Seperti penyiramannya dapat dilakukan setiap hari, agar pertumbuhan pohon bagus.
Dengan catatan, air tidak perlu diberi terlalu banyak, karena akan berpengaruh pada pembusukan akar.
Sedangkan untuk pemupukan, ia menggunakan pupuk organik dari kotoran hewan ternak yang dicairkan dalam kolam.
"Pemupukan paling bagus dilakukan seminggu sekali dengan konsentrasi rendah," sebutnya.
Adapun, sambungnya, musuh utama pohon tin yaitu hewan penggerek batang.
Hewan ini biasanya ditemukan pada pohon mangga dan sengon yang suka melubangi batang-batang pohon tin.
"Untuk mengatasinya, saya pakai cairan asap sekam yang disiramkan setiap seminggu sekali. Ini sudah diujicobakan dan sejauh ini setelah diaplikasikan, belum pernah kena serangan hama tersebut," ujarnya.
Selain hewan penggerek batang, kendala lainnya yaitu karat daun tin.
Namun, untuk karat daun yang terjadi pada pohon tin, tidak akan terlalu mematikan dan daun karatnya tinggal dibuang saja.
"Terakhir (kendala) cuaca hujan. Untuk mengurangi buah dari paparan air hujan, saya gunakan gelas air minuman mineral dipasang di bagian batang buah. Gelas ini juga fungsinya untuk menghindari agar buah tidak dimakan burung," tambahnya.
Saat ini, Rana telah membudidayakan 100 pohon tin dengan teknik grafting di kebun pengembangan pertanian masa depan yang berada di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
"Untuk harga, saya jual per 200 gram buah tin Rp50.000 di tingkat eceran. Sedangkan bagi reseller ada potong harga 20%," kata Rana.
Baca juga: Merah Merona Untung Cacing Sutera
Menurutnya, peluang usaha tin masih cukup terbuka lebar, karena pasarnya ada, bahkan di pasar modern belum semua menjual tin.
Hanya saja, untuk menjadi seorang pembudidaya tin perlu ketekunan.
"Tin mengandung nutrisi yang hampir lengkap, salah satunya banyak mengandung kalsium. Tapi zat-zat gizi yang lain, vitamin, mineral, dan sebagainya dalam jumlah tertentu itu banyak di tin. Jadi bermanfaat sekali bagi tubuh," tandasnya.