Ayam Merawang, Si Jagoan Petelur
“Saat ini, ayam tersebut menjadi sumber genetik serta aset bagi masyarakat Kepulauan Babel yang dapat dimanfaatkan dan harus dilestarikan.”
JAKARTA - Apakah Sahabat Tani mengenal ayam merawang?
Ya, ayam merawang merupakan ayam lokal dari spesies Gallus-gallus dari famili Phasianidae.
Ayam ini pertama kali dibawa oleh penambang timah dari daratan China ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda atau sekitar 300 tahun lalu.
Dalam perkembangannya, ayam ini dapat beradaptasi di Desa Merawang, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan menjadi ayam lokal.
Baca juga: Memelihara Ayam Potong yang Benar
“Saat ini, ayam tersebut menjadi sumber genetik serta aset bagi masyarakat Kepulauan Babel yang dapat dimanfaatkan dan harus dilestarikan,” kata Feriadi, dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Babel, Kementerian Pertanian (Kementan), dalam keterangannya.
Keunggulan ayam merawang
Ayam ini dinilai sangat potensial untuk dikembangkan sebagai ayam dwiguna penghasil telur dan daging.
Jika dibandingkan dengan ayam kampung biasa yang memiliki produksi telur dengan rata-rata 40 hingga 60 butir per ekor setiap tahunnya.
Ayam merawang justru mampu memproduksi 165 butir per ekor setiap tahunnya.
Ayam merawang juga memiliki bobot yang tak jauh berbeda dengan ayam lokal biasa, untuk betinanya memiliki bobot berkisar 1,32-2,5 kilogram per ekor dan untuk pejantan memiliki bobot antara 1,9-3,1 kilogram per ekor.
“Di sisi lain jenis ayam ini memiliki nilai estetika yang tinggi, khususnya untuk masyarakat keturunan China yang merupakan mayoritas di Kepulauan Bangka Belitung dan memiliki tradisi upacara keagamaan yang terjadi empat kali dalam setahun,” tutur Feriadi.
Semakin berkembangnya masyarakat keturunan China di Kepulauan Babel, populasi ayam merawang juga ikut berkembang.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Babel, pada 2011 sebaran ayam merawang yang ada di tiga kabupaten yaitu, Bangka memiliki 8.156 ekor, Bangka Tengah memiliki 3.717 ekor, dan Kota Pangkalpinang memiliki 1.924 ekor.
“Apabila dipelihara secara intensif ayam Merawang betina bertelur pertama kali pada umur 5,5 bulan dengan bobot telur berkisar antara 38-45 gram dan produksi telur dapat mencapai 120-125 butir per ekor per tahun,” jelasnya.
Pertumbuhan ayam merawang juga relatif cepat, berat tubuh ayam jantan dapat mencapai 2-3 kilogram per ekor pada usia 9-12 bulan.
“Keunggulan lainnya yaitu lemak yang rendah dibanding unggas lain dan nilai gizi telur yang cukup baik,” tuturnya.
Karakteristik ayam merawang
Secara fisik, ayam merawang tidak jauh berbeda dengan ayam kampung lainnya.
Ayam ini mempunyai punggung agak panjang, bentuk dada lurus mengikuti garis leher, dan sayap rapat dengan sisi badan.
Sementara itu, perut agak dalam, dan lebar, serta berbentuk seperti segitiga.
Kepala ayam merawang lonjong dengan paruh cukup panjang dan agak melengkung.
Selain itu, terdapat jengger yang berbentuk tunggal dan pial ganda.
“Ukuran jengger dan pial jantan lebih besar dari betina dan berwarna cerah,” sebutnya.
Sementara kaki, kulit, dan paruhnya berwarna kuning.
Mata ayam merawang terlihat jernih dan paruh berbentuk runcing atau tajam.
“Postur tubuh jantan besar dan tegap, betina lebih kecil dan kompak yang menunjukkan ciri sebagai petelur produktif dan pedaging yang baik,” katanya.
Sebagai sumber daya plasma nutfah, ayam merawang dinilai sangat potensial untuk dikembangbiakan, baik dalam skala kecil maupun komersial.
Sehingga, nantinya dapat membantu pemenuhan protein hewani secara mandiri, serta meningkatkan pendapatan petani.
“Pengembangan ayam merawang masih sangat menjanjikan khususnya di Provinsi Kepulauan Babel,” tuturnya.
Hingga Maret 2019, harga ayam merawang mencapai Pasar Pembangunan, Kota Pangkal Pinang, mencapai Rp65.000 per ekor.
Baca juga: Perawatan Ekstra Ayam Bangkok
“Kebutuhan konsumen pada telur dan daging ayam merawang sangat tinggi. Kosumen beranggapan bahwa mengkonsumsi produk olahan yang berasal dari ayam kampung lebih menyehatkan dibandingkan dengan produk olahan ayam pedaging atau ayam broiler,” tuturnya.
Karena itu, permintaan konsumen akan daging dan telur ayam merawang tidak pernah turun, bahkan cenderung meningkat.
“Hal ini menunjukkan bahwa potensi pengembangan ayam merawang masih sangat besar dan terbuka luas bagi petani untuk mengembangkannya,” tutupnya.