Asa Peternak di Pengungsian Merapi
“Sejak dipindahkan satu bulan yang lalu, sapinya tidak mau mengeluarkan susu.”
YOGYAKARTA - Darjo Wijoyono pusing tujuh keliling.
Pasalnya, sapi yang ia rawat tidak mau mengeluarkan susu pasca pindah dari rumahnya di sekitar lereng Gunung Merapi ke lokasi pengungsian di Balai Kelurahan Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pemindahan itu dilakukan setelah Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menetapkan perubahan status Gunung Merapi dari “waspada” menjadi “siaga level 3” pada 5 November 2020 lalu.
Baca juga: Cara Menghasilkan Daging Rendah Lemak
Pemerintah Kabupaten Sleman pun menghimbau yang tinggai lereng Gunung Merapi, khususnya di Kawasan Rawan Bencana (KRB), untuk mengungsi ke pengungsian yang sudah disediakan.
Salah satu pengungsi yang juga ikut yaitu, Darjo.
Darjo mengaku, ia sudah pindah selama satu bulan lebih pindah dari peternakan di Dusun Kalitengah Lor ke kandang non-permanen di pengungsian.
Kandang yang berkapasitas 200 ekor sapi tersebut, menampung seluruh sapi milik peternak yang mengungsi berada di samping Balai Kelurahan Glagaharjo.
Namun, sapi perah berumur tiga tahun miliknya tak kunjung menghasilkan susu.
Hal itu berlangsung sejak ia mengungsi satu bulan yang lalu.
“Sejak dipindahkan satu bulan yang lalu, sapinya tidak mau mengeluarkan susu. Padahal biasanya, saya bisa jual hasil susu dari sapi perah per botol 1 liter itu Rp5.000,” kata Darjo saat ditemui oleh Jagadtani.id belum lama ini.
Darjo menduga, alasan sapinya tak lagi menghasilkan susu diakibatkan stres karena suasana lingkungan yang berubah.
“Bisa jadi karena stres akibat berubah tempat. Untuk memulihkannya lagi, harus rutin dikasih pakan yang bergizi dan diperhatikan dengan baik,” jelas Darjo.
Padahal, Darjo mengaku, ia selalu merawat sapi-sapi miliknya, baik itu di rumahnya maupun di tempat pengungsian secara rutin setiap hari.
Baca juga: Rahasia Melahirkan Anak Sapi Kembar
“Di kandang yang disediakan, kami di kasih pakan sapi gratis dari tempat pengungsian. Setiap hari saya rawat sapi saya dengan memberikan pakan setiap dua kali sehari, setiap pagi jam 06.00 dan sore jam 15.00,” ujarnya.
Meskipun tengah mengungsi, tak menghalangi Darjo untuk tetap beternak.
“Untungnya sapi-sapi saya ini ikut dipindahkan, jadi masih tetap bisa dirawat. Semoga saja dengan rutin dirawat dengan baik, bisa kembali menghasilkan susu lagi,” tutupnya.