Mantan Jurnalis Sukses Ternak Puyuh
“Menurut saya ternak puyuh ini prospek kedepannya sangat bagus dan terbukti sampai sekarang omzet saya kurang lebih perhari bisa mengantongi Rp5.000.000.”
DEPOK - Pandemi COVID-19 memaksa masyarakat untuk tetap bekerja demi bertahan hidup.
Salah satu usaha yang masih berjalan stabil sampai saat ini yaitu usaha konsumsi.
Seperti burung puyuh contohnya.
Sama seperti burung hias, burung puyuh juga bisa dipelihara di dalam kandang, meski aslinya burung puyuh merupakan burung liar yang hidup di alam bebas.
Baca juga: Manfaat dari Gurihnya Telur Asin
Meski begitu, burung puyuh kini sudah banyak dipelihara untuk dibudidayakan dan dijual burung atau telurnya, salah satunya Aldebaran Santosa.
Pria asal Bekasi ini memutuskan untuk memulai usaha ternak puyuh sejak ia mengundurkan diri sebagai seorang jurnalis di salah satu stasiun televisi dan membangun kandang puyuh di Desa Citayam, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
“Dimulai dari tahun 2017 awalnya saya benar-benar enggak tahu apa-apa soal peternakan. Tapi karena saya melihat di daerah Jawa Barat ini belum banyak yang ternak burung puyuh. Menurut saya ternak puyuh ini prospek kedepannya sangat bagus dan terbukti sampai sekarang omzet saya kurang lebih perhari bisa mengantongi Rp5.000.000,” ujar pria yang akrab disapa Santo tersebut kepada Jagadtani.id.
Apa lagi, saat ini keberadaan burung puyuh sendiri memang sudah mulai sulit ditemukan, karena sering diburu oleh manusia.
Karena itu, jika Sahabat Tani ingin menjalankan budidaya burung puyuh, mungkin akan menjadi bisnis yang menguntungkan.
“Kalau mau ternak burung, yang harus diperhatikan itu kebersihan dan suhu. Karena burung puyuh itu rentan fisiknya karena kecil, jadi kalau hujan harus diperhatikan, kandangnya dijaga agar selalu hangat jangan sampai kedinginan. Kalau saya membersihkan kandang hampir setiap hari,” ungkapnya.
Baca juga: Kenali Penyakit pada Bebek
Santo juga mengaku, banyak masyarakat yang salah persepsi mengenai puyuh.
Selama ini telurnya dianggap memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dibanding telur ayam dan bebek, padahal itu hanya mitos belaka.
“Sebenarnya kalau mau ternak itu tidak selalu membutuhkan modal. Contohnya begini, buat Sahabat Tani yang mau mulai usaha ternak, tinggal datangi saja yang menurut kalian prospeknya bagus dan yang kalian suka. Terus belajar menjadi reseller. Sekarang kan banyak platform jualannya ada media sosial,” tutup pria lulusan Universitas Padjajaran Bandung tersebut.