Budidaya Puyuh Ala TPST 3R
“Jadi harapan kami usaha puyuh ini dapat tertular juga ke masyarakat.”
BOGOR - Peluang usaha budidaya burung puyuh terbilang menjanjikan.
Tak hanya telur dan daging, kotoran burung puyuh coklat inipun ternyata dapat mendatangkan pundi-pundi rupiah.
Telur dan dagingnya sendiri sangat dikenal dan diminati masyarakat sebagai bahan olahan makanan.
Sementara itu, kotorannya banyak dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan pakan kutu air.
Baca juga: Mantan Jurnalis Sukses Ternak Puyuh
Budidaya burung puyuh ini dikembangkan oleh Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Reduce Reuse and Recycle (3R) Mutiara Bogor Raya (MBR) di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Pengawas TPST 3R MBR, Sulistyowati mengatakan, burung puyuh dipilih untuk dibudidayakan sebagai upaya menyerap maggot yang dibudidayakan di TPST 3R.
Larva black soldier fly (BSF) ini menurutnya, dijadikan pakan diluar pakan utama berupa pur.
"Ide kenapa budidaya puyuh? Karena kami ingin menyerap maggot. Pemeliharaan puyuh juga simpel dan mudah setelah kami pelajari. Makanya diputuskan untuk mencoba budidaya puyuh," kata Sulis kepada Jagadtani.id, Selasa (5/1) kemarin.
Selain itu, lanjut Sulis, pakan maggot juga diberikan guna menekan biaya pengeluaran dari pakan pur.
Setiap harinya, burung puyuh diberikan pakan tersebut dengan perbandingan 30% maggot dan 70% pur.
Ia juga menjelaskan, budidaya burung puyuh yang dilakukan sejak empat bulan lalu itu dimulai dari penyediaan bibit unggul dengan menetaskan sebanyak 2.500 telur.
Anakan-anakan puyuh kemudian dibesarkan untuk dijadikan indukan kembali, sebelum disiapkan untuk memproduksi telur.
"Di sini kami mulai dari penetasan telur yang kemudian dibesarkan. Setelah besar, jantan betina kami kawinkan lagi dan hasilnya baru dikembangkan untuk puyuh petelur. Begitu seterusnya," jelasnya.
Saat ini, ada sekitar 1.500 ekor puyuh petelur yang telah menghasilkan 870 butir telur setiap harinya.
Menurut Sulis, burung puyuh dapat bertelur pada umur 40 hari setelah menetas dan satu ekor puyuh, dapat memproduksi telur hingga 18 bulan masa bertelur setiap harinya.
Sejauh ini hasil budidaya, kata Sulis, telur puyuh banyak dibeli oleh masyarakat sekitar TPST 3R.
Per butir telurnya, ia hargai Rp 330 di kandang.
"Ada juga yang sudah rutin reseller Rp 500 butir telur setiap hari," imbuh Sulis.
Selain telur, ia juga menjual daging puyuh segar yang dihargai Rp 7.000 per ekornya.
Sedangkan untuk kotoran puyuhnya, banyak dipesan oleh petani untuk pupuk organik di bidang pertanian.
"Kalau kotoran juga dijual buat pupuk dan suka dimanfaatkan untuk membuat kutu air pakan cupang. Per karung kotoran basah itu biasa dijual Rp 15.000. Kami juga sediakan puyuh yang siap bertelur harganya Rp 12.500 per ekor," ujarnya.
Ia juga mengatakan, dari sisi pemeliharaan burung puyuh memang tidak mudah, membersihkan kotoran di kandang menjadi kegiatan wajib yang harus dilakukan setiap hari.
"Bahkan untuk jaga kebersihan juga, pekerja harus ganti baju dan buka sandal ketika masuk," cetusnya.
Baca juga: Mengintip Peluang Usaha Burung Puyuh
Sulis mengaku, pendapatan dari usaha budidaya burung puyuh cukup lumayan, setelah dipotong biaya pengeluaran untuk pakan pur ditambah satu orang pekerja.
Dirinya berharap, budidaya unggas daratan yang kecil nan gemuk tersebut bisa juga dikembangkan secara luas di Kota Bogor.
Sehingga, ketika masyarakat berminat, mereka akan memulai usaha bisa belajar dulu di TPST 3R.
"Kami inginnya terus mengembangkan, tapi lahannya memang terbatas. Jadi harapan kami usaha puyuh ini dapat tertular juga ke masyarakat. Di sini bisa jadi percontohannya dan untuk proses pelatihannya," tutupnya.