Anggrek Jawa Ditemukan di Vietnam
"anggrek hantu Gastrodia bambu kini bukan lagi sebagai spesies endemik Pulau Jawa karena populasi alaminya ditemukan pula di Vietnam"
JAKARTA - Dalam dunia peranggrekan populer, genus Gastrodia spp. seringkali dikelompokkan ke dalam golongan “anggrek hantu”. Hal tersebut disebabkan oleh daur hidup alaminya yang unik, yang mana sosoknya dapat terlihat secara kasat mata hanya pada saat fase berbunga saja. Selebihnya, sebagian besar daur hidupnya yaitu dalam bentuk rhizom yang bersembunyi di dalam tanah.
Anggrek genus Gastrodia tidak memiliki klorofil dan organ fotosintetik seperti daun, sehingga proses metabolisme pertumbuhannya sangat bergantung dari simbiosis dengan jamur mikroskopik mikorhiza. “Itulah kenapa, anggrek ini mustahil dapat ditemukan di alam jika tidak dalam kondisi berbunga. Periode berbunganya pun tergolong sangat jarang. Untuk setiap individu rhizom dewasa yaitu hanya 1 atau 2 kali dalam setahun, itupun hanya mekar selama sekitar 1 minggu. Oleh karenanya, butuh keberuntungan besar untuk dapat berjumpa dengan anggrek ini di habitat alaminya,” jelas Destario.
Baca juga: Kluwak, Rempah Indonesia Mengandung Sianida
Pada 2017, Destario Metusala telah mempublikasikan spesies baru anggrek hantu Gastrodia dari Pulau Jawa yang diberi nama Gastrodia bambu. Nama epithet “bambu” diberikan sebagai petunjuk bahwa seluruh individu anggrek yang ditemukan selalu berasosiasi dengan habitat rumpun bambu. Dalam publikasinya, spesies ini diduga endemik Pulau Jawa karena catatan rekaman yang ditemukan selama penelitian hanya ada di dua lokasi saja, yaitu Yogyakarta dan Jawa Barat.
Setahun berselang (2018), seorang peneliti berkebangsaan Rusia, Leonid Averyanof telah mempublikasikan sebuah spesies baru anggrek hantu Gastrodia khangii berbunga kecoklatan dari hutan Provinsi Son-La, Vietnam dan diduga sebagai spesies endemik yang terbatas.
Baca juga: Sejuta Manfaat dari Tanaman Tropis
Hasil observasi mendalam yang dilakukan oleh Destario dalam membandingkan kedua spesies Gastrodia tersebut menunjukkan bahwa keduanya merupakan satu taksa yang sama, walaupun populasinya terpisah jarak geografis yang sangat berjauhan. “Ciri morfologi organ vegetatif rhizom dan bunganya memiliki tingkat similiaritas yang sangat tinggi. Oleh karenanya, nama spesies Gastrodia khangii diusulkan untuk direduksi ke dalam sinonim dari taksa Gastrodia bambu sebagai nama ilmiah yang diterima (accepted), mengingat nama Gastrodia bambu telah dipublikasikan lebih awal,” ungkap pria yang pernah meraih penghargaan Peneliti Muda Terbaik Bidang Ilmu Hayati LIPI pada 2012 tersebut.
Baca juga: Ini Loh Tanaman-Tanaman Ajaib Antikanker
Dirinya menyimpulkan bahwa dengan demikian, anggrek hantu Gastrodia bambu kini bukan lagi sebagai spesies endemik Pulau Jawa karena populasi alaminya ditemukan pula di Vietnam. Uniknya, populasi Gastrodia bambu di Vietnam juga hanya ditemukan di habitat rumpun bambu seperti halnya populasi di Jawa.
Ada dugaan pula bahwa Gastrodia bambu juga mungkin tersebar alami di sepanjang jalur geografis antara Jawa dan Vietnam (Sumatera, Peninsula Malaysia, hingga Thailand). Hanya saja, dikarenakan daur hidupnya yang unik maka bukti keberadaan spesies ini di kawasan tersebut sangat sulit ditemukan oleh para peneliti sekalipun. “Kesimpulan penelitian ini pun disetujui oleh Professor Leonid Averyanof dalam komunikasi pribadi. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal global Phytotaxa pada 2020, di masa pandemi,” ungkap Destario.
Baca juga: Popularitas Araceae di Masa Pandemi